Pawitikra CATHOLIC Students: 04/10/21

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 10 April 2021

Belajar dari THOMAS RASUL

*Tak Melihat Namun Percaya*


Bacaan: 

Kisah Rasul 4:32-35, 

1 Yohanes 5:1-6,

 Yohanes 20:19-31


Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:26-29)





SALAH satu kisah penampakan Tuhan yang fenomenal adalah ketika Tuhan menampakkan diri kepada Thomas terutama ketika Tuhan meminta Thomas untuk memasukkan jari dan tangan pada bekas luka penyaliban-Nya. Seketika Thomas mengaku dengan imannya, “Ya Tuhanku dan Allahku”.  Thomas percaya setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri bekas luka-luka Tuhan.    Sejatinya kesebelas murid lainnya pun juga sama. Mereka percaya karena pernah melihat Tuhan yang hadir di tengah-tengah mereka. *_Sementara kita adalah orang-orang yang percaya walau kita tak pernah melihat dan mengalami penampakan Tuhan. Karenanya, kita termasuk orang-orang yang oleh Yesus disebut “berbahagia”. Berbahagialah yang tidak melihat namun percaya. Dan inilah inti terdalam dari iman, yaitu percaya walau bukan karena melihat._*


Sahabat terkasih,


*Semoga dengan peristiwa paskah keyakinan iman kita kepada Tuhan semakin bertambah. Maka, janganlah mengendorkan kepercayaan dan iman kita kepada-Nya, niscaya berkah-Nya makin melimpah ruah.*


_Jangan meremehkan orang kecil_

_apalagi mereka yang miskin._

_Bagi Tuhan tak ada yang mustahil,_

_bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin


Berkah Dalem

Rm.Istata

Dialog Kehidupan

 *Ibu Risma dan PRR: Dari Perspektif Dialog Lintas Agama*

_*Oleh: Padre Marco, SVD*_



Ibu Risma memilih untuk menginap di dalam Biara Suster-suster Puteri Renya Rosari (PRR) daripada di dalam sebuah kamar Hotel di kota Larantuka, Flores Timur, NTT, ketika melakukan kunjungan kerja ke wilayah-wilayah tertimpa bencana badai dan banjir bandang baru-baru ini.


Ibu Risma melakukan sebuah contoh hidup bersama lintas agama yang sangat inspiratip. Beliau datang tidak hanya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Menteri Negara  dan membantu secara materi, tetapi juga membangun dialog lintas agama. 


Menurut saya, hal ini menarik untuk didalami. Di sini saya melihat beberapa hal sebagai beriikut:


Pertama: Ibu Risma melakukan Dialog Kehidupan (Dialogue of Life) secara nyata. Di depan penderitaan kemanusiaan, kita semua sama rapuhnya, siapapun dia. Pengalaman ini harus diakui dan dialami oleh semua orang sebagai starting point yang penting.


Untuk itu, tidak ada jalan lain selain bersolidaritas satu sama lain; hari ini giliranku; mungkin besok giliranmu; harus bersatu dalam semangat persaudaraan dan persahabatan utk bekerjasama mengatasi berbagai masalah hidup ini. Bagian terakhir ini adalah bentuk Dialog Kerjasama (Dialogue of Collaboration) yang juga sudah selalu dicanangkan oleh Gereja Katolik.


Kedua: Perbedaan-perbedaan lahiriah (jilbab dan kerudung biara) adalah simbol-simbol luar keagamaan yang harus membawa pesan tertentu. Pesan itu adalah pesan moral yang luhur dan mulia dari perspektip agama masing-masing, yang mendamaikan, yang menyegarkan, yang menyejukan dan merangkul, yang menyenangkan dan membahagiakan, yang mengubah air mata menjadi tawaria. 


Ketika nilai-nilai luhur dan mulia itu dihidupkan secara nyata di dalam kebersamaan ini, tidak ada lagi rasa takut, prasangka dan tidak ada lagi jurang pemisah di antara manusia beda agama, karena pesan kehidupan sejatinya jauh lebih kuat daripada unsur-unsur yang meruntuhkan dan merusakan kehidupan bersama.


Ketiga: Ibu Risma dan para Suster PRR melakukan Dialog Spiritualitas (Dialogue of Spirituality) yang nyata dan indah. Ibu Menteri Sosial beragama Islam ini masuk ke dalam sebuah Biara Katolik, melihat dan merasakan roh kekatolikan kental melalui berbagai patung, gambar kudus dan Kapela yang menjadi jantung kehidupan membiara. Beliau harus merasa nyaman dan biasa dengan pemandangan dan situasi seperti itu dan harus bisa tidur nyenyak di dalam sebuah kamar biara Katolik.


Di lain pihak, para Suster mula-mula menyambut beliau dengan sebuah nyanyian khas Kristiani dan menciptakan ruangan serta suasana hospitalitas yang indah, natural dan nyaman untuk Ibu Risma. Atribut-atribut keagamaan mereka tetap mereka pertahankan karena merupakan bagian dari identitas keagamaan mereka. Kerudung dan Jilbab, sama-sama berfungsi untuk menutupi rambut kepala, tanda ikatan bathin antara manusia dengan Tuhan, simbol penyerahan diri, pentahiran, perlindungan kehormatan dan kekudusan.


Nilai-nilai spiritual ini bertemu dan berdialog dengan harmonis, sejuk dan damai. Itulah dialog lintas agama sejati. Bukan berarti orang harus menyembunyikan identitas keagamaannya ketika bertemu dengan umat beragama lain. Justru di dalam keberagaman dan perbedaan ini kita bertemu agar saling memperkaya. 

Berhadapan dengan berbagai bencana dan ancaman perpecahan bangsa, semangat, cara pikir, cara pandang dan mentalitas inilah yang harus lebih dikedepankan dan dibudayakan.


Ibu Risma telah memutuskan yang terbaik, yang tidak bisa diambil daripadanya, tetapi sebaliknya beliau justru lebih banyak memberi dari keputusan ini. Mungkin bisa dibahasakan kekayaan yang ditinggalkan Ibu Risma ini dengan pepatah: Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali berkunjung, banyak nilai indah ditaburi.


Mudah-mudahan contoh bagus ini menginspirasi banyak orang menuju Indonesia, rumah kita bersama, yang semakin rukun, aman, nyaman dan damai, di mana perbedaan-perbedaan luar bukan menjadi masalah. (*)


_*Padre Marco, SVD adalah staff pada Dewan Kepausan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama, Desk Dialog Katolik-Islam di Asia Pasifik, di Vatikan*_