Pawitikra CATHOLIC Students: 09/15/22

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 15 September 2022

PEMIMPIN ITU .....

7 SIKAP PIMPINAN YANG DIHARAPKAN

Pemimpin adalah seseorang yang memimpin suatu kelompok, yang di dalam kelompok tersebut mereka memiliki tujuan dan arah yang sama untuk mencapai sesuatu. 

Pemimpin juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang besar dalam suatu kelompok. 

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang dapat mengayomi dan membantu anggotanya yang sedang membutuhkan secara menyeluruh. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang bisa melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab secara baik. Nah, ada tujuh pedoman yang dapat kita lakukan menjadi pemimpin sejati, yaitu:

1. Satu Berbicara yang Lain Mendengarkan

Sobat harus menjadi pendengar yang efektif dengan cara memandang orang yang sedang berbicara, tidak berbicara dengan orang lain, tangan tidak memegang apapun dan tidak membuat gerakan yang tidak perlu.

2. Semua Guru Semua Murid

Siapapun yang berbicara, bertanya, memberi saran, DIA adalah GURU bagi semua. Berlakulah sebagai MURID yang baik. Belajarlah menjadi GURU dan MURID yang hebat.

3. Peduli Pada Orang Lain dan Orang Miskin

Semua sikap, perkataan dan perbuatan mengarah pada semangat "I CARE". Contohnya : tidak membuang sampah sembarangan, bersihkan dan rapikan meja, tawarkan bantuan, beri salam pada siapapun, dll).

4. Kritis, Aktif, Kreatif, dan Bertanggung Jawab

Kita harus berani pertahankan kebenaran, tidak pasif, kerjakan dan hasilkan, bertanggung jawab atas semua dampak yang terjadi, tidak berhenti berlatih demi KESEMPURNAAN.

5. Sederhana, Jujur, dan Rendah Hati.

Dalam keseharian Sobat hendaknya menerapkan gaya hidup yang tidak hura-hura dan tidak bergengsi tinggi, katakan dan akui kebenaran dan tidak sombong. Dalam bertutur pun sebaiknya terampil menggunakan kata "terimakasih, tolong, dan maaf" .

6. Tidak Mau Ada yang Tidak Beres

Satu hal yang harus kita terapkan adalah menyelesaikan semua tugas serta bertanggungjawab dengan benar dan sempurna. HADIR, SIAP, DAN SELESAI SEBELUM WAKTUNYA.

7. Saling Pinjamkan Kekuatan

Kita, sebagai manusia, kita tidak dapat berdiri sendiri dengan kekuatan yang kita miliki. Maka, yang harus kita lakukan adalah saling membantu dan mengingatkan. Hadirlah sebagai pemberi kekuatan dan petunjuk jalan kebenaran.

BULAN KITAB SUCI NASIONAL 22

 ANDA CINTA KITAB SUCI?

APA BUKTINYA?

Mari kita refleksikan dalam hidup kita. Sejauh mana aku menghidupinya?

Setiap bulan September, umat Katolik memperingati Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Umat Katolik dianjurkan untuk semakin mendekatkan diri dengan kitab suci.

BKSN umumnya diisi dengan beragam kegiatan, baik dalam lingkup lingkungan, wilayah, paroki, biara, atau komunitas. Kegiatan umumnya meliputi renungan bersama, pendalaman kitab suci, lomba membaca kitab suci, pameran buku dan kegiatan lainnya.


Mengutip berbagai sumber, sejarah BKSN bisa dilihat jauh ke belakang saat Konsili Vatikan II (1962-1965). Dei Verbum, salah satu dokumen yang dihasilkan, berbicara tentang kitab suci. Para bapa Konsili menganjurkan jalan masuk menuju kitab suci agar dibuka selebar-lebarnya untuk kaum beriman. Dari sana, muncul-lah ajakan untuk tekun membaca kitab suci.

Seklumit Sejarah BKSN

Ide tentang Bulan Kitab Suci Nasional(BKSN) berasal dari Lembaga Biblika Indonesia (LBI). LBI adalah sebuah badan milik Konferensi Waligereja Indonesia(KWI) yang sejak 1967 menangani kerasulan Kitab Suci secara nasional. Adapun salah satu tugas utama LBI adalah menterjemahkan Alkitab dalam Bahasa Indonesia. Penyelenggaraan BKSN bagi umat Katolik tak dapat dipisahkan dari peran KONSILI Vatikan II. Dalam dokumennya yang berbicara tentang Kitab Suci, yaitu Dei Verbum, Para Bapak Konsili menganjurkan agar jalan menuju KS dibuka lebar bagi kaum beriman dan semua umat tekun membaca KS. Adapun caranya dengan menterjemahkan Kitab Suci dalam bahasa setempat. Usaha menterjemahkan KS sebenarnya sudah dimulai sebelum Konsili Vatikan II, namun Konsili menganjurkan agar diterjemahkan ekumenis(pemahaman)bersama oleh gereja Katolik dan Gereja Proterstan. Maka atas anjuran ini, Gereja Katolik mulai “meninggalkan”terjemahan Perjanjian lama dan Perjanjian baru hasil kerja keras ahli Katolik dan bekerjasama dengan Lembaga Alkitab Indonesia(LAI) milik Gereja Kristen. KS terjemahan bersama inilah yang diakui resmi oleh Gereja Katolik dan Gereja Protestan di Indonesia. Yang membedakan antara keduanya yaitu Kitab-Kitab Deuterokanonika (sebutan bagi kitab-kitab dan bagian-bagian tertentu dari Kitab Suci Perjanjian Lama Kristen diakui termasuk dalam KS Gereja Katolik, namun Gereja Kristen tidak mengakuinya).

LBI berusaha mengenalkan dan mengajak Umat membaca Kitab Suci yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. LBI mendorong, mengusulkan agar keuskupan sertaparoki di seluruh Indonesia mengadakan ibadat khusus dan kegiatan sekitar KS pada Hari Minggu tertentu. LBI juga menyarankan agar menyambut terbitnya Alkitab lengkap ekumenis pada tahun 1975 dengan Misa Syukur pada bulan Agustus. Pada Bulan Mei 1976 LBI mengirimkan bahan-bahan langsung kepada pastor-pastor paroki untuk Hari Minggu Kitab suci (HMKS) pada tanggal 24-25 Juli 1976.

Usaha LBI tidak menghasilkan buah seperti yang diharapkan. Walaupun demikian, LBI tetap berkeyakinan HMKS tetap harus diupayakan dan dilanjutkan. Tujuan HMKS adalah untuk memperkenalkan umat kepada Sabda Allah. Mereka dipersilahkan melihat lebih dekat dan mengenal lebih akrab sebagai sumber kehidupan iman mereka. Umat juga didorong untuk membaca dan memiliki Kitab Suci setidaknya setiap rumah memiliki satu Kitab Suci untuk memperdalam iman kepercayaan.

Pada sidang Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI), yang kemudian bernama KWI) pada tahun 1977 para uskup menetapkan agar satu Hari Minggu tertentu dalam tahun gerejani ditetapkan sebagai Hari Minggu Kitab Suci Nasional (HKMSN). Hari Minggu yang dimaksudkan adalah Hari Minggu Pertama September. Ternyata keinginan umat untuk membaca dan mendalami KS semakin berkembang. Satu Minggu dirasa tidak cukup lagi untuk mengadakan kegiatan-kegiatan seputar Kitab Suci. Maka, kegiatan-kegiatan tentang Kitab Suci akhirnya diberlangsungkan sepanjang Bulan September, sehingga Bulan September disebut pula sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN).


Tujuan BKSN di Indonesia

Ada beberapa tujuan bulan kitab suci nasional (BKSN) di Indonesia, salah satunya memperkenalkan umat kepada sabda Allah. Tidak cuma untuk kelompok tertentu, kitab suci juga diperuntukkan bagi masyarakat biasa. Dengan ini diharapkan makin banyak umat yang kenal dengan sumber iman mereka.

Selain itu juga untuk mendorong umat Katolik memiliki sekaligus menggunakan Alkitab. Pada setiap keluarga, setidaknya ada satu Alkitab supaya bisa dibaca sendiri di rumah untuk memudahkan pendalaman iman.