Pawitikra CATHOLIC Students: 02/14/22

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Senin, 14 Februari 2022

Kamis Pekan VI


BACAAN I
Yak 2:1Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.

Yak 2:2Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk,

Yak 2:3dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",

Yak 2:4bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?

Yak 2:5Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?

Yak 2:6Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?

Yak 2:7Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?

Yak 2:8Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik.

Yak 2:9Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.


MAZMUR
Mzm 34:2(34-3) Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.

Mzm 34:3(34-4) Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!


Mzm 34:4(34-5) Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.

Mzm 34:5(34-6) Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.


Mzm 34:6(34-7) Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

Mzm 34:7(34-8) Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.



BACAAN INJIL

Mrk 8:27
Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?"


Mrk 8:28
Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."


Mrk 8:29
Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!"


Mrk 8:30
Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.


Mrk 8:31
Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.


Mrk 8:32
Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.


Mrk 8:33
Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."


 Pertanyaan Refleksi
a. Adakah sapaan Allah yang dirasakan dan dikehendaki yang akan dibuat?

b. Pesan yang aku peroleh setelah menikmati semua ini?


Rabu Pekan VI

BACAAN INJIL

Mrk 8:22Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia.

Mrk 8:23Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?"

Mrk 8:24Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon."

Mrk 8:25Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.

Mrk 8:26Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!"
 

MAZMUR

Mzm 15:2Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,

Mzm 15:3yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;


Mzm 15:3yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;

Mzm 15:4yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;


Mzm 15:5yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.


BACAAN I

Yak 1:19Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;

Yak 1:20sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Yak 1:21Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Yak 1:22Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

Yak 1:23Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.

Yak 1:24Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

Yak 1:25Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Yak 1:26Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

Yak 1:27Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.




Selasa Pekan VI

 

BACAAN 1

1Raj 8:22 Kemudian berdirilah Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah tangannya ke langit,

1Raj 8:23 lalu berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu;

1Raj 8:27 Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.

1Raj 8:28 Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini!

1Raj 8:29 Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini.

1Raj 8:30 Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni.

MAZMUR

Mzm 84:3(84-4) Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!


Mzm 84:4(84-5) Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela


Mzm 84:5(84-6) Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!


Mzm 84:10(84-11) Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.


Mzm 84:11(84-12) Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.


BACAAN INJIL

Mrk 7:1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.

Mrk 7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.

Mrk 7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;

Mrk 7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.

Mrk 7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"

Mrk 7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

Mrk 7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.

Mrk 7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

Mrk 7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.

Mrk 7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.

Mrk 7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban?yaitu persembahan kepada Allah?,

Mrk 7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.

Mrk 7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."



Pertanyaan Refleksi
a. Adakah pesan yang kutangkap dari ketiga bacaan diatas? apakah itu?
b. Pernahkah aku mengalami diberi "tanda" oleh Tuhan, dan aku melakukan seperti yang diminta supaya hal itu terjadi?


 

Sakramen Rekonsiliasi


Pemahaman tentang "dosa" dan "tobat"

Ada ungkapan yang menyatakan “Tiada gading yang tak retak”.
Ungkapan ini mengandung makna bahwa tiada seorang manusia yang sempurna. Berarti tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat dosa.

Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama.

Suatu tindakan disebut dosa apabila tindakan tersebut dilakukan secara sadar, sengaja, dan dalam keadaan bebas, yang berakibat merugikan orang lain dan dirinya sendiri serta merusak hubungannya dengan Tuhan.


Akibat dari dosa adalah retaknya/rusaknya bahkan terputusnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungannya.

Bertobat artinya berbalik kembali kepada Allah. Kembali ke jalan menuju kepada Allah.

Gereja Katolik menyadari hal ini karena setiap orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, itulah sebabnya manusia kerap jatuh ke dalam dosa.

Dimensi Kerahiman Allah
Allah adalah Maha Rahim:
  • Ia Maha pengampun, Ia tidak mau manusia hidup dalam kungkungan dosa.
  • Dalam kebaikan-Nya, Ia selalu menanti dan mengusahakan agar manusia kembali kepadaNya, bahkan membebaskannya, tanpa memperhitungkan besarnya dosa manusia (lih. I Yoh 4: 16b).
  • Allah selalu mengundang orang yang berdosa untuk kembali bersatu dengan-Nya.
  • Ia mengundang orang berdosa untuk bertobat (bdk I Yoh 1: 9).

Pertobatan berdasarkan Kitab Suci
Baca Luk 15: 11-32!

Si Bungsu melakukan tindakan meninggalkan bapanya. Itulah dosa dari si Bungsu yaitu meninggalkan kebersamaannya dengan bapa, meminta warisan seolah mengharapkan orang tuanya cepat mati.
Dosa juga dapat diartikan sebagai tindakan meninggalkan kebersamaan dengan Allah dan umat-Nya, dan memilih hidup menurut kehendak diri sendiri dalam dunia yang tanpa rahmat Allah.
Berdasarkan kisah yang dialami oleh si bungsu, maka bertobat dapat diartikan sebagai tindakan/sikap yang berani untuk kembali kepada bapa, kembali pada pangkuan bapa, kembali ke jalan menuju kepada bapa.

Kuasa Pengampunan dalam GereJa Katolik
Kerahiman Allah terhadap orang yang berdosa digambarkan secara indah oleh Yesus dalam perumpamaan “Anak yang Hilang” (lih. Luk 15: 11-32) dan dinyatakan dalam kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa.
Kuasa itulah yang diwariskan Yesus kepada Gereja-Nya yaitu untuk memberikan pengampunan atas anggota Gereja yang bertobat (lih. Yoh 20: 19-23; bdk. Mat 18: 20).
Pada saat manusia dirundung dosa, maka Roh Kudus terus bekerja untuk mengembalikan manusia kepada Tuhan. Inilah yang dialami oleh si bungsu, yang pada akhirnya “menyadari
keadaannya, menyadari kedosaannya” (ayat 17).


Dalam Gereja Katolik, Peristiwa kerahiman Allah tersebut terjadi di dalam Sakramen Tobat, yang disebut juga dengan istilah Sakramen Rekonsiliasi.

Sakramen Tobat menjadi tanda dan sarana pemulihan hubungan yang retak atau rusak akibat perbuatan dosa, menjadi suatu hubungan yang damai dan harmonis antara Allah dan Manusia, manusia dan sesama, serta lingkungannya.
Seseorang yang telah menerima Sakramen Tobat , telah diampuni dosanya (lih Yoh 20: 23; bdk. Mat 18: 19).

Sakramen Tobat atau Pengakuan Dosa adalah sakramen yang memberikan berkat pengampunan dan kesembuhan dari Tuhan kepada anggota Gereja atas dosa-dosa berat dan ringan yang dibuat setelah menerima Sakramen Baptis.

Proses penerimaan sakramen rekonsiliasi
Untuk bertobat biasanya seseorang tidak sertamerta begitu saja bertobat, tetapi melalui beberapa tahapan atau proses. Tahapan itu antara lain:
1) Mengakui/ menyadari akan kesalahan/dosa
2) Menyesali segala kesalahan/dosa
3) Berjanji untuk tidak mengulangi lagi atas kesalahan/dosa yang pernah dilakukan
4) Menyatakan diri bertobat

Pertobatan dalam Gereja Katolik diwujudnyatakan pula dengan melakukan pengakuan dosa.

Langkah-langkah dalam melakukan pengakuan dosa antara lain
  1. Melakukan pemeriksaan batin. Orang yang mengaku dosa diajak untuk mengingat kembali dosa yang telah diperbuat dalam suasana hening dan berdoa.
  2. Mempunyai niat untuk bertobat menyesali dosa-dosa.
  3. Masuk ruang pengakuan dan mengakui segala dosa-dosanya, minta pengampunan dan melakukan penitensi sebagi silih atas dosa yang diperbuat.
  4. Merubah sikap dan tutur kata yang senantiasa menjadi baik.

Buah dari sakramen tobat
  • memberikan kedamaian, ketenangan, dan kekuatan untuk berjuang mengalahkan kuasa dan dosa.
  • mendapatkan perdamaian, yaitu kita berdamai dengan Allah dan juga dengan sesama.
  • kekudusan gereja di pullihkan kembali karna pertobatan kita.

KA, Perutusan dan Mukjizat

Peristiwa dibawah ini menjadi inspirasi bagaimana kita melakukan segala sesuatu



 

Gereja dan Keselamatan

Kehadiran Tuhan yang menyelamatkan menjadi suatu kebutuhan mutlak bagi manusia; namun demikian dalam karya penyelamatan-Nya, Tuhan tidak serta merta hadir secara fisik dalam menyelamatkan manusia sekarang ini. 

Kehadiran Allah dalam kehidupan kita melalui tanda-tanda; Allah tidak secara tiba-tiba hadir di hadapan kita secara fisik, melainkan melalui tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Allah itu ada dan berkarya. 

Allah menyelamatkan manusia melalui sarana-sarana yang ada di dunia ini, dengan simbol atau lambang-lambang.

Manusia atau sesama dapat pula dipakai oleh Allah untuk menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Jadi, Tuhan dapat berkarya melalui sesama kita.

Bagi umat Kristiani, Gereja adalah sarana yang dipergunakan oleh Tuhan dalam melaksanakan karya penyelamatan-Nya.


AJARAN GEREJA TENTANG TANDA DAN SARANA PENYELAMATAN OLEH ALLAH
Gereja hadir untuk melaksanakan tugas perutusan yang telah diterima oleh para Rasul dari Yesus. Tugas perutusan tersebut merupakan tugas untuk melanjutkan karya Yesus dalam mewartakan kerajaan Allah.

Gereja berperan untuk membawa umat semakin berkenan kepada Yesus dan tetap setia kepada Yesus.

Yesus yang telah wafat dan bangkit, tidak lagi hadir secara langsung kepada setiap orang. 

Wajah dan kehadiran Yesus nampak dalam wajah dan kehadiran Gereja di tengah masyarakat.

Gereja menjadi sarana bagi umat untuk dapat menjalin komunikasi yang semakin  dekat dan erat dengan Allah.

Dalam komunikasi atau pertemuan dengan Tuhan dipergunakan simbol-simbol atau tanda. Tanda atau simbol dalam komunikasi atau pertemuan kita dengan Tuhan itulah yang disebut dengan sakramen.

GEREJA DAN SAKRAMEN
Sakramen berasal dari bahasa Latin “sacramentum” yang berarti sarana dan tanda keselamatan Allah bagi manusia.

Gereja adalah merupakan sakramen, yaitu 

  • - tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. 
  • - tanda yang menyelamatkan umat manusia. 

Gereja memiliki tugas untuk menjadi sarana dan pembawa keselamatan bagi umat manusia.

Gereja itu dalam Kristus bagaikan sakramen yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat (lih. Lumen Gentium art. 1).

Tujuan utama Gereja ialah menjadi sakramen persatuan manusia dengan Allah secara mendalam (lih. Katekismus Gereja Katolik no. 775).

Sebagai sakramen, Gereja adalah alat Kristus, Gereja di dalam tangan Tuhan adalah alat penyelamatan semua orang, sakramen keselamatan bagi semua orang, yang oleh Kristus menyatakan cinta Allah kepada manusia sekaligus melaksanakannya.

Sakramen-sakramen merupakan pengungkapan diri Gereja sebagai Sakramen Kristus dan menjadi lambang serta sarana penyelamatan.
Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk 
  • menguduskan manusia
  • membangun Tubuh Kristus
  • mempersembahkan ibadat kepada Allah
Dalam setiap sakramen terkandung materia (perbuatan) dan forma (kata) yang dapat dipahami oleh manusia.

Aspek-aspek dalam sakramen:
  • aspek antropologis (manusiawi)
   berhubungan dengan sifat manusiawi atau kemanusiaan manusia
  • aspek Kristologis (peran Kristus)
   bersumber kepada Kristus sebagai asal daru semua sakramen
  • aspek eskatologis (peran Gereja)
berhubungan dengan Gereja sebagai pelaksana sakramen berdasarkan perintah Kristus dan sebagai jemaat

Gereja menyalurkan rahmat keselamatan melalui 7 (tujuh) sakramen 
  • sakramen Baptis, Penguatan dan Ekaristi (yang termasuk sebagai sakramen inisiasi); 
  • Sakramen Tobat dan Pengurapan Orang Sakit (yang termasuk dalam sakramen penyembuhan); 
  • Sakramen Tahbisan dan Perkawinan (yang termasuk dalam sakramen perutusan).

Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan bagi semua orang karena melalui sakramen Gereja menyalurkan rahmat keselamatan dari Allah yang tampak nyata dalam kata-kata dan tanda-tanda dalam setiap sakramen.

Bangun Persaudaraan Sejati

 Indonesia yang memiliki keragaman sangat rawan akan konflik yang berujung pada pertikaian dan perang.

1.    Beberapa Fakta Pertikaian di Masyarakat
Ada banyak pertikaian bahkan perang yang pernah terjadi di negeri ini pasca berakhirnya rezim Orde Baru.
(a) Fakta-fakta Pertikaian dan Perang
*    Awal tahun 2010 terjadi pertikaian yang bernuansa balas dendam antara dua kampung di Timika, Papua
*  Tahun 2009 terjadi pertikaian bernuansa politik antara oknum polisi dan kejaksaan melawan petinggi KPU
*   Pertengahan tahun 2010 ada pertikaian di Tanjung Priok antara warga dengan Satpol PP dan Polisi
*  Tahun 1999 ada dua pertikaian di Pontianak (antara suku Dayak dan Melayu melawan orang Madura) dan di Ambon (antara orang Kristen dan orang islam)
(b) Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
*   Fanatisme sempit. Sikap fanatik adalah baik dan bagus. Menjadi buruk ketika sikap itu tidak disertai dengan keterbukaan terhadap sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan menganggap keyakinan orang lain salah atau lebih rendah.
*     Sikap Arogan. Merasa kelompoknya (suku atau agama) lebih dari segala-galanya
*  Keserakahan. Sikap serakah sering berbenturan dengan kepentingan orang lain sehingga menimbulkan konflik.
*  Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak. Terkadang perang terpaksa dilakukan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.
(c) Akibat Pertikaian dan Perang
*   Kehancuran fisik dan jasmani. Dalam perang pasti ada yang mati, dan banyak sarana dan prasarana hancur.
*    Kehancuran rohani. Perang menyisakan trauma, martabat dan peradaban manusia.
2.    Pengertian Persaudaraan Sejati
Persaudaraan sejati tampak dalam relasi manusia yang didasarkan pada sikap menjunjung tinggi keluhuran martabat manusia. Kata “saudara” tidak hanya dibatasi pada ikatan genealogis saja atau kesamaan suku atau agama saja. Saudara di sini ditujukan karena kemanusiaannya. Kitab Suci memberi contoh pada sosok orang Samaria yang murah hati (Luk 10: 25 – 37).
Dari kisah orang Samaria ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa saudara sejati adalah orang yang menunjukkan belas kasih kepada sesama. Persaudaraan sejati berarti sikap dan/atau tindakan seseorang kepada sesamanya dengan dilandasi cinta kasih.
Injil Matius juga memberikan gambaran tentang siapa itu saudara. Dalam Matius 25: 35 – 46 terlihat ada wajah Kristus dalam diri sesama kita. Ini berarti jika seseorang tidak menganggap orang lain sebagai saudara, ia juga tidak menganggap Yesus sebagai saudaranya.
St. Fransiskus Asisi lebih ekstrim dalam menghayati arti persaudaraan ini. Ia tidak hanya melihat sesama manusia saja, tetapi juga semua makhluk Tuhan. Sikap ini mau mengajari kita untuk menghargai alam ciptaan.
3.    Teladan Yesus dalam Membangun Persaudaraan Sejati
Yesus datang ke dunia hendak membawa damai. Namun damai itu bukan semacam ketenangan murahan, damai politis atau tak ada perang pertikaian atau kekacauan. Damai yang diajarkan Yesus membersihkan dunia dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama dan dunia.
Yesus memperingatkan bahwa damai-Nya tidak meniadakan derita. Damai harus diuji dengan derita. Sekalipun dunia penuh dengan derita, bahkan melanda diri-Nya, Yesus penuh dengan damai. Dengan konsep ini, maka kejahatan dibalas dengan kebaikan.
Perdamaian dan persaudaraan bukan hanya diajarkan lewat kata-kata saja, tetapi juga dengan keteladanan hidup. Salah satu teladan Yesus tampak dalam perjumpaan-Nya dengan wanita Samaria (Yoh. 4: 1 – 42). Dari teks ini dapat dikatakan bahwa sekalipun orang lain telah dianggap musuh, namun bila didekati dengan kasih dan persaudaraan sejati, orang lain juga akan menerima dengan penuh persaudaraan dan kasih.
Melalui kisah tersebut kita disadarkan akan nasehat Yesus, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai pun berbuat demikian?” (Mat 5: 46). Yesus mengajarkan suatu ajaran yang revolusioner.
4.    Hambatan dalam Membangun Persaudaraan Sejati
Di Indonesia konflik bernuansa suku dan agama sering terjadi. Umumnya konflik ini berawal dari masalah sepele dan skala kecil. Namun menjadi besar karena ada aktor intelektual yang memang sengaja menciptakannya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membangun dialog, kerja sama dan toleransi. Dalam kehidupan beragama, toleransi masih sebatas tuntutan agar minoritas tidak menggangu atau menghormati mayoritas.
Ada beberapa hambatan untuk membangun persaudaraan sejati:
(a) Adanya fanatisme sempit dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh yang satu lebih unggul daripada tokoh lain.
(b) Terjadinya proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama, sehingga umat tidak memperoleh informasi yang benar.
(c) Kekayaan digunakan untuk provokasi agama yang disertai kekerasan
(d) Persepsi yang berbeda-beda tentang ajaran agama
(e) Ketertutupan dan eksklusivisme pemeluk agama
(f)   Solidaritas yang eksklusif
(g) Adanya persaingan yang tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup
(h) Matinya dialog dan komunikasi
(i)   Adanya kesenjangan sosial
(j)   Suburnya materialisme, konsumtivisme bahkan darwinisme
(k) Beriman pada Tuhan yang sama, tapi perbedaan tradisi dan ajaran dibesar-besarkan
(l)   Adanya persaingan dalam pembangunan rumah ibadah
(m)  Adanya rasa alergi untuk membaca dan mempelajari kitab suci agama lain
Selain hambatan di atas, hambatan lain adalah kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Hambatan ini bersumber pada kemerosotan moral. Hal ini membuat tugas mewujudkan persaudaraan sejati menjadi berat, karena yang perlu diperbaiki adalah moralitas bangsa, terutama para pemimpinnya. Bagi rakyat Indonesia, pemimpin adalah panutan. Menjadi persoalan adalah mental pemimpin, seperti yang digambarkan Yesus dalam Matius 20: 25. Seharusnya kepemimpinan dihayati sebagai pelayanan (Mat 20: 26 – 28).
5.    Kegiatan Membangun Persaudaraan Sejati Antarumat Beragama
Beberapa acara untuk meningkatkan pembangunan persaudaraan sejati:
a) Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Damai berarti situasi selamat sejahtera dalam diri manusia. Perdamaian mengandaikan ada keadilan. Perdamaian akan tercipta bila nafsu-nafsu sombong dan serakah dikendalikan. Tekad yang kuat untuk menghormati martabat manusia merupakan syarat terciptanya perdamaian. Selain itu sikap persaudaraan mutlak dibutuhkan. Akar semuanya adalah cinta kasih. Maka, jika ada cinta kasih, maka perdamaian akan tumbuh subur.
Manusia memiliki empat dasar relasi, yaitu relasi dengan Tuhan, dengan sesama, dengan alam dan dengan diri sendiri. Keseimbangan di antara keempat relasi itu menentukan situasi hidup manusia.
b) Kegiatan yang Membangun Persaudaraan Sejati
Agama seharusnya mempersatukan umat dalam satu keluarga dan persaudaraan sejati, yaitu keluarga Allah. Namun, sering terjadi agama justru menyebabkan terjadinya perpecahan dan pertikaian. Karena agama orang saling membenci, bermusuhan dan berjarak satu dengan lain. Karena itu, tidak heran jika ada orang berkata, “Percuma pergi ke gereja, jika hidup saling membenci…”
Beberapa kegiatan mungkin dapat merintis terwujudnya persaudaraan sejati:
*   Silaturahmi ke rumah teman dari agama lain saat hari raya
*   Kirim SMS ucap selamat hari raya. Bisa juga via facebook atau email.
*  Bakti sosial, penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana
*  Mengadakan dialog dan kerja sama antarumat beragama
*  Menghormati orang lain yang sedang menjalani ibadah
6.    Rencana dan Pelaksanaan kegiatan Membangun Persaudaraan Sejati
Untuk membangun persaudaraan sejati tidaklah cukup hanya sampai pada niat, pemikiran atau diskusi saja, tetapi harus sampai pada tindakan nyata. Di Indonesia sudah ada begitu banyak forum kebersamaan, seperti FKUB, BKSG, dll. Namun semuanya seakan tak bergaung, karena persaudaraan yang terbangun masih semu.
Modal dasar membangun persaudaraan sejati adalah kemauan untuk menghormati dan menghargai kemajemukan, serta menghormati hukum. Jika ada kesalahan pada pihak lain, biarkankah hukum yang menyelesaikannya, bukan dengan cara main hakim sendiri. Tindakan main hakim sendiri justru akan menciptakan kekerasan, yang berujung pada konflik.
Umat Kristen sudah seharusnya menjadi pelopor dalam membangun persaudaraan sejati ini, karena ajaran Kristus menjadi dasar terbentuknya persaudaraan sejati. Dengan melaksanakan ajaran Yesus, umat Kristen telah membangun persaudaraan sejati. Ajaran-ajaran itu seperti:
(a) Cinta kasih (Mat 22: 37 – 39; Yoh 13: 34; Mat 5: 43 – 44, dll)
(b) Bersikap terbuka (Mrk 3: 31 – 35; Mat 15: 21 – 28; Luk 9: 49 – 50, dll)
(c) Memaafkan (Luk 17: 3 – 4; Mrk 11: 25; Luk 6: 37; Luk 23: 34, dll)
(d) Menghormati orang (Mat 25: 35 – 46; Luk 10: 25 – 37; Yoh 4: 1 – 42, dll)
(e) Damai (Mat 5: 9; Mrk 9: 50; dll)
(f)   Anti kekerasan (Rm 12: 17, 21; Mat 5: 39, 44; Luk 6: 28; dll)
(g) Mengalah (Mat 12: 14 – 15; Mat 4: 12; Luk 8: 37, dll)
Ajaran Yesus memang sangat indah. Jika dilaksanakan maka terwujudlah persaudaraan sejati yang diharapkan. Semuanya berpulang pada kita. Paus Benediktus XVI memberi teladan ketika ia membuat kunjungan bersejarah ke Turki untuk menjangkau orang-orang islam dan Kristen Ortodoks di sana. Di sini Paus meneruskan tradisi yang sudah dirintis oleh pendahulunya, yaitu Paus Yohanes Paulus II.