Pawitikra CATHOLIC Students: 02/18/22

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Jumat, 18 Februari 2022

KESETARAAN PRIA DAN WANITA

A. Arti setara
  1. Sederajat, seimbang dan sebanding atau sepadan.
  2. Laki-laki dan perempuan setara artinya laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sederajat, sama, sepadan dengan perempuan.
  3. Diantara laki-laki dan perempuan tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah melainkan satu sama lain memiliki kedudukan yang sama, oleh karena itu laki-laki dan perempuan harus saling melengkapi, mengembangkan dan menyempurnakan.

B. PANDANGAN , KEBIASAAN , SIKAP MASYARAKAT TENTANG
KEDUDUKAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI.

  1. laki-laki lebih berharga dibandingkan dengan perempuan.
  2. laki-laki sering dianggap andalan masa depan karena ia akan menjadi tulang punggung keluarga
  3. Laki-laki lebih berkuasa ( Superioritas ) dan perempuan lebih rendah ( Inferioritas )
  4. Laki-laki memiliki hak-hak yang lebih besar
  5. Budaya yang memandang kedudukan kaum laki-laki lebih penting daripada kedudukan kaum perempuan ( Budaya Patriarki )

C. PERLAKUAN YANG MERENDAHKAN PEREMPUAN

1. Perempuan di pandang sebagai pribadi yang lemah sehingga tidak memperoleh kesempatan untuk berkembang.
2. Perempuan dipandang tidak mampu memimpin sehingga sering diperlakukan tidak adil ( sebagai pembantu, sebagai budak,sebagai ibu rumah tangga )
3. Pelecehan terhadap kaum perempuan
4. Perempuan dinomorduakan dalam aspek-aspek kehidupan
5. Pemberian upah yang rendah

D. DAMPAK NEGATIF PANDANGAN YANG KELIRU TENTANG KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
1. Kesenjangan hak-hak antara laki-laki dan perempuan.
2. Terjadi tindakan yang saling merendahkan/ melecehkan.
3. Terjadi tindak kekerasan yang merugikan banyak pihak
4. merendahkan nilai-nilai kemanusiaan
5. martabat kemanusiaan direndahkan
6. Tidak tercipta kemajuan yang berkesimbangan
7. tidak mencapai kesejahteraan hidup bersama
8. Penderitaan, kemiskinan.
9. Bertentangan dengan kehendak Allah, banyak dosa
10. HAM diabaikan

E. DAMPAK positif PANDANGAN YANG KELIRU TENTANG KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

1. Berjuang bersama untuk mewujudkan kesederajatan.
2.Menumbuhkan sikap saling menghargai dan memberikan hak-hak secara seimbang.
3.Menumbuhkan kesadaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sederajat.

F. USAHA UNTUK MENGEMBANGKAN KESEDERAJATAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

1. Meluruskan pandangan yang salah tentang laki-laki dan perempuan.
2. Menghapus budaya patriarki
3. Mengikis sikap superioritas dan inferioritas.
4.Memberi hak-hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.

G. BERBAGAI BIDANG YANG HARUS DI KEMBANGKAN DALAM KESEDERAJATAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

1. Bidang politik ( DPR, MPR, Ketua partai dsb )
2. Bidang jabatan struktural pemerintahan ( Presiden, gubernur, wali kota, Bupati )
3. Bidang Ekonomi ( Pengusaha, pengembang modal usaha )
4. Bidang sosial ( menjadi Sukarelawan penanggulangan bencana )
5. Bidang Budaya ( Duta wisata )


H. KESEDERAJATAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERDASARAKAN AJARAN GEREJA DAN PANDANGAN KITAB SUCI

Katekismus Gereja Katolik Artikel 369

Pria dan wanita diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. “Kepriaan” dan “kewanitaan”

adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama “menurut citra Allah”.

Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta
.


Katekismus Gereja Katolik Artikel 371
Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain.


Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci:

“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18).

Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kej. 2:19-20).

Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya,

“Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej. 2:23).


Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.

Katekismus Gereja Katolik Artikel 372

Pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap,
melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain,
karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya.

Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia:

“Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28).


Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.

Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi tatkala kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan masyarakat.

Pada masa itu, kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil.


Beberapa kasus dalam Kitab Suci memperlihatkan hal itu. Antara lain: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh. 8: 2-11).

Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14).


I. Ajaran agama-agama berkaitan dengan kesetaraan laki-laki dan perempuan

Berbagai agama mengajarkan hubungan laki-laki dan perempuan adalah kemitraan yang setara.

Yakni hubungan yang saling menghargai, menghormati, melengkapi, memperkaya; perbedaan jenis bukan membedakan antara mana lebih tinggi dan lebih rendah tetapi perbedaan yang saling melengkapi dan memperkembangkan

Di berbagai agama memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bersama-sama, baik oleh kaum lelaki maupun perempuan dengan meninggalkan mitos dan pola pikir yang keliru sehingga tercapai kesetaraan hidup yang membangun kesejahteraan bersama


Agama Islam
1. Dalam Alquran di tegaskan bahwa semua manusia adalah bebas dan sederajat dalam hak dan tanggung jawab sebagai manusia ciptaan Tuhan (surah Al-hujarat ayat 13).
2. Laki-laki dan perempuan sebaagai manusia sama derajatnya di hadapan Tuhan.
3. Dalam kehidupan sosial laki-laki dan wanita mempunyai peran atau tugas dan tangung jawab masing-masing (suarah Al-baqarah ayat 228).

Agama Kristen
1. Allah menjadikan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar-Nya diciptakan laki-laki dan perempuan (Kej 1: 25-28).
2. Dalam Kejadian 2: 18-25 dikisahkan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk adam.

Hal ini mau menjelaskan bahwa hawa yang berasal dari sisi adam harus ditempatkan dalam kedudukan yang sederajat.

Agama Hindu
1. Laki-laki (Purusa) dan wanita (Prakerti) merupakan kekuatan Tuhan.
2. Secara esensial antara pria dan wanita memiliki kesamaan secara spiritual.
3. Antara laki-laki dan perempuam tidak ada yang superioritas dan tidak ada yang inferioritas.
4. Kederajatan antara laki-laki dan wanita yang sesungguhnya realisasi kemanusiaan.
5. Perempuan sebagai partner laki-laki.


Agama Katolik
1. Perbedaan antara pria dan wanita merupakan sifat dasar kepriaan dan kewanitaan yang khas yang di perlukan dalam kebersamaan hidup yang saling melengkapi dan saling membutuhkan (Kejadian 2:18).
2. Pria dan wanita menerima tugas perutusannya dunia dan mengembangkannya (Kej 2: 20-24) sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya.

Agama Buddha
1. Sang buddha mengajarkan hubungan antara suami isteri dalam kehidupan rumah tangga, menekankan pentingnya hubungan timbal balik saling mengisi pada tugas dan tanggung jawab diantara mereka.
2. Menurut agama budha antara pria dan wanita memiliki kedudukan yang sama.
Antara pria dan wanita sama-sama memiliki kelemahan dan kelebihan.

Agama Khonghucu
Laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan meskipun masing-masing memiliki peranan yang satu mungkin berbeda dengan yang lain.