Pawitikra CATHOLIC Students

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Kamis, 15 April 2021

Kalit n Ibadat Jumat


Kalender Liturgi 16 Apr 2021
Jumat Paskah II
Warna Liturgi: Putih
Bacaan I: Kis 5:34-42
Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1.4.13-14
Bait Pengantar Injil: Mat 4:4b
Bacaan Injil: Yoh 6:1-15

Bacaan I
Kis 5:34-42
Para rasul bergembira karena mereka dianggap layak
menderita penghinaan oleh karena nama Yesus.

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Pada waktu itu
para rasul sedang diperiksa oleh Mahkamah Agama Yahudi.
Maka seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, 
yang bernama Gamaliel, 
seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, 
bangkit dan meminta 
supaya para rasul itu disuruh keluar sebentar.
Sesudah itu ia berkata kepada sidang, 
"Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik 
apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini!
Sebab dahulu telah muncul si Teudas, 
yang mengaku dirinya seorang istimewa, 
dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; 
tetapi ia dibunuh, 
dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap.
Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, 
muncullah si Yudas, seorang Galilea. 
Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, 
tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya.
Karena itu aku berkata kepadamu: 
Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. 
Biarkanlah mereka, 
sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, 
tentu akan lenyap;
tetapi kalau berasal dari Allah, 
kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; 
mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." 
Nasihat itu diterima.

Sesudah itu mereka dilepaskan.
Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama 
dengan gembira, 
karena mereka telah dianggap layak 
menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus.

Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka 
di Bait Allah dan di rumah-rumah umat 
dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 27:1.4.13-14
R:4ab
Satu hal telah kuminta kepada Tuhan,
diam di rumah Tuhan seumur hidupku.

*Tuhan adalah terang dan keselamatanku, 
kepada siapakah aku harus takut? 
Tuhan adalah benteng hidupku, 
terhadap siapakah aku harus gentar?

*Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, 
satu inilah yang kuingini: 
diam di rumah Tuhan seumur hidupku, 
menyaksikan kemurahan Tuhan, dan menikmati bait-Nya.

*Sungguh, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan 
di negeri orang-orang yang hidup!
Nantikanlah Tuhan!  Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! 
Ya, nantikanlah Tuhan!


Bait Pengantar Injil
Mat 4:4b
Manusia hidup bukan dari roti saja, 
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.


Bacaan Injil
Yoh 6:1-15
Yesus membagi-bagikan roti kepada orang banyak yang duduk di situ, sebanyak mereka kehendaki.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Pada waktu itu
Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, 
yaitu danau Tiberias.
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, 
karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, 
yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Yesus naik ke atas gunung 
dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.
Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.

Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya, 
dan melihat bahwa 
orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, 
berkatalah Ia kepada Filipus, 
"Di manakah kita akan membeli roti, 
sehingga mereka ini dapat makan?"
Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, 
sebab Ia sendiri tahu apa yang hendak dilakukan-Nya.

Jawab Filipus kepada-Nya, 
"Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, 
sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja!"

Seorang dari murid-murid-Nya, 
yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, 
berkata kepada-Nya,
"Di sini ada seorang anak, 
yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan; 
tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"

Kata Yesus, "Suruhlah orang-orang itu duduk!" 
Adapun di tempat itu banyak rumput. 
Maka duduklah orang-orang itu, 
kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

Lalu Yesus mengambil roti itu, 
mengucap syukur 
dan membagi-bagikanny


















Sabtu, 10 April 2021

Belajar dari THOMAS RASUL

*Tak Melihat Namun Percaya*


Bacaan: 

Kisah Rasul 4:32-35, 

1 Yohanes 5:1-6,

 Yohanes 20:19-31


Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:26-29)





SALAH satu kisah penampakan Tuhan yang fenomenal adalah ketika Tuhan menampakkan diri kepada Thomas terutama ketika Tuhan meminta Thomas untuk memasukkan jari dan tangan pada bekas luka penyaliban-Nya. Seketika Thomas mengaku dengan imannya, “Ya Tuhanku dan Allahku”.  Thomas percaya setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri bekas luka-luka Tuhan.    Sejatinya kesebelas murid lainnya pun juga sama. Mereka percaya karena pernah melihat Tuhan yang hadir di tengah-tengah mereka. *_Sementara kita adalah orang-orang yang percaya walau kita tak pernah melihat dan mengalami penampakan Tuhan. Karenanya, kita termasuk orang-orang yang oleh Yesus disebut “berbahagia”. Berbahagialah yang tidak melihat namun percaya. Dan inilah inti terdalam dari iman, yaitu percaya walau bukan karena melihat._*


Sahabat terkasih,


*Semoga dengan peristiwa paskah keyakinan iman kita kepada Tuhan semakin bertambah. Maka, janganlah mengendorkan kepercayaan dan iman kita kepada-Nya, niscaya berkah-Nya makin melimpah ruah.*


_Jangan meremehkan orang kecil_

_apalagi mereka yang miskin._

_Bagi Tuhan tak ada yang mustahil,_

_bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin


Berkah Dalem

Rm.Istata

Dialog Kehidupan

 *Ibu Risma dan PRR: Dari Perspektif Dialog Lintas Agama*

_*Oleh: Padre Marco, SVD*_



Ibu Risma memilih untuk menginap di dalam Biara Suster-suster Puteri Renya Rosari (PRR) daripada di dalam sebuah kamar Hotel di kota Larantuka, Flores Timur, NTT, ketika melakukan kunjungan kerja ke wilayah-wilayah tertimpa bencana badai dan banjir bandang baru-baru ini.


Ibu Risma melakukan sebuah contoh hidup bersama lintas agama yang sangat inspiratip. Beliau datang tidak hanya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Menteri Negara  dan membantu secara materi, tetapi juga membangun dialog lintas agama. 


Menurut saya, hal ini menarik untuk didalami. Di sini saya melihat beberapa hal sebagai beriikut:


Pertama: Ibu Risma melakukan Dialog Kehidupan (Dialogue of Life) secara nyata. Di depan penderitaan kemanusiaan, kita semua sama rapuhnya, siapapun dia. Pengalaman ini harus diakui dan dialami oleh semua orang sebagai starting point yang penting.


Untuk itu, tidak ada jalan lain selain bersolidaritas satu sama lain; hari ini giliranku; mungkin besok giliranmu; harus bersatu dalam semangat persaudaraan dan persahabatan utk bekerjasama mengatasi berbagai masalah hidup ini. Bagian terakhir ini adalah bentuk Dialog Kerjasama (Dialogue of Collaboration) yang juga sudah selalu dicanangkan oleh Gereja Katolik.


Kedua: Perbedaan-perbedaan lahiriah (jilbab dan kerudung biara) adalah simbol-simbol luar keagamaan yang harus membawa pesan tertentu. Pesan itu adalah pesan moral yang luhur dan mulia dari perspektip agama masing-masing, yang mendamaikan, yang menyegarkan, yang menyejukan dan merangkul, yang menyenangkan dan membahagiakan, yang mengubah air mata menjadi tawaria. 


Ketika nilai-nilai luhur dan mulia itu dihidupkan secara nyata di dalam kebersamaan ini, tidak ada lagi rasa takut, prasangka dan tidak ada lagi jurang pemisah di antara manusia beda agama, karena pesan kehidupan sejatinya jauh lebih kuat daripada unsur-unsur yang meruntuhkan dan merusakan kehidupan bersama.


Ketiga: Ibu Risma dan para Suster PRR melakukan Dialog Spiritualitas (Dialogue of Spirituality) yang nyata dan indah. Ibu Menteri Sosial beragama Islam ini masuk ke dalam sebuah Biara Katolik, melihat dan merasakan roh kekatolikan kental melalui berbagai patung, gambar kudus dan Kapela yang menjadi jantung kehidupan membiara. Beliau harus merasa nyaman dan biasa dengan pemandangan dan situasi seperti itu dan harus bisa tidur nyenyak di dalam sebuah kamar biara Katolik.


Di lain pihak, para Suster mula-mula menyambut beliau dengan sebuah nyanyian khas Kristiani dan menciptakan ruangan serta suasana hospitalitas yang indah, natural dan nyaman untuk Ibu Risma. Atribut-atribut keagamaan mereka tetap mereka pertahankan karena merupakan bagian dari identitas keagamaan mereka. Kerudung dan Jilbab, sama-sama berfungsi untuk menutupi rambut kepala, tanda ikatan bathin antara manusia dengan Tuhan, simbol penyerahan diri, pentahiran, perlindungan kehormatan dan kekudusan.


Nilai-nilai spiritual ini bertemu dan berdialog dengan harmonis, sejuk dan damai. Itulah dialog lintas agama sejati. Bukan berarti orang harus menyembunyikan identitas keagamaannya ketika bertemu dengan umat beragama lain. Justru di dalam keberagaman dan perbedaan ini kita bertemu agar saling memperkaya. 

Berhadapan dengan berbagai bencana dan ancaman perpecahan bangsa, semangat, cara pikir, cara pandang dan mentalitas inilah yang harus lebih dikedepankan dan dibudayakan.


Ibu Risma telah memutuskan yang terbaik, yang tidak bisa diambil daripadanya, tetapi sebaliknya beliau justru lebih banyak memberi dari keputusan ini. Mungkin bisa dibahasakan kekayaan yang ditinggalkan Ibu Risma ini dengan pepatah: Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali berkunjung, banyak nilai indah ditaburi.


Mudah-mudahan contoh bagus ini menginspirasi banyak orang menuju Indonesia, rumah kita bersama, yang semakin rukun, aman, nyaman dan damai, di mana perbedaan-perbedaan luar bukan menjadi masalah. (*)


_*Padre Marco, SVD adalah staff pada Dewan Kepausan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama, Desk Dialog Katolik-Islam di Asia Pasifik, di Vatikan*_