Pawitikra CATHOLIC Students

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 29 Januari 2022

Minggu Biasa IV

Tolong buat video atau audio yang berisikan lagu Mazmur dibawah ini, kemudian dikirim bisa lewat WA atau Patled Katolik





Bacaan Injil Minggu ini berarti apa untuk Anda?




 

Kamis, 27 Januari 2022

Menjadi Benih bagi Allah untuk dijadikan semai

Mrk 4:26-34

Tuhan, berilah aku kekuatan untuk hidup di jalan-Mu. Semoga aku makin dewasa dalam iman,dan mampu berbagi kehidupan dengan mereka yang membutuhkan. Amin


Dalam pengajaran Yesus, kerajaan Allah selain harus terlihat dan kehadirannya dirasakan sekitarnya, juga bersifat dinamis. Untuk menjelaskan hal ini kepada jemaat, Tuhan Yesus memberikan tiga perumpamaan senada yaitu tentang pelita, benih dan biji sesawi, yang menggambarkan tentang Kerajaan Allah.
  1. Kerajaan Allah digambarkan dengan pelita (ayat 21-25). Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah, meskipun masih terselubung di dalam diri-Nya, tetapi kehadiran-Nya dapat dilihat dan dirasakan oleh sekitarnya. Allah akan memberikan kesukacitaan Kerajaan Allah dalam kuasa-Nya kepada siapa pun yang menerima kehadiran-Nya dalam diri Yesus.
  2. Benih yang bertunas dan bertumbuh siap memberi tuaian yang baik (ayat 26-29). Perumpamaan ini berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagaimana ia hadir dalam diri Yesus. Si Penabur telah menabur benih. Karya keselamatan Mesias telah mulai. Dunia baru telah hadir. Namun, meskipun Kerajaan itu masih hadir dalam keadaan terselubung, tetapi ada kepastian bahwa pada waktunya benih yang telah ditaburkan, melalui karya Allah yang ajaib itu akan mendatangkan musim menuai.
  3. Biji sesawi yang meski kecil, bahkan terkecil di antara segala benih yang ditaburkan orang di lahan (ayat 30-32). Namun karena hidup, benih itu tumbuh menjadi pohon yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari segala pohon yang ditanam di lahan itu. Kerajaan Allah itu telah datang dan telah tersedia berkatnya bagi semua orang.
Melalui ketiga perumpamaan ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa bila kita sungguh dalam Dia, tidak bisa tidak kita akan mengalami kerohanian yang bertumbuh. Sudah seharusnyalah Kristen menerapkan prinsip ini di dalam kehidupannya sehari hari.

Berikanlah tanggapanmu dari hasil refleksi di atas pada kolom komentar dibawah!


Rabu, 26 Januari 2022

Kalit Kamis 3

Mengenali kehendakNya hari ini melalui Sabda lewat Gereja.

Silakan temui DIA dalam keheningan mu!





Tuliskanlah Sabda Nya yang menyentuhmu, dan berilah alasannya!



Pesan Mentes INGATLAH


Akan tiba saatnya nanti, semua temanmu akan melihat namamu offline.

Mereka mengirim pesan lewat WhatsApp, tapi kamu tak menjawabnya.
Mereka chat di Messenger, tapi kamupun tak mampu membalasnya.

Pada hari itu, postinganmu tiba-tiba saja terhenti, tidak lagi update.

Kenapa ?

Karena saat itu kamu telah pergi meninggalkan dunia ini.

Ya, Kamu tidak akan pernah online lagi, tidak mampu reply chat, ataupun berkomentar pada postingan teman temanmu

Kamu tak lagi bisa mengedit statusmu atau postinganmu, atau sekedar meminta maaf kepada orang yang pernah kamu sakiti karena omonganmu.
Semua sudah terlambat....

Ya, kamu sudah tak lagi bersama mereka.

Pada hari itu, kamu sedang terbujur sendirian di lubang kubur sempit dan terhimpit, sendirian menghadapi ujian.

Dan ketika kamu telah pergi, yang tertinggal hanyalah huruf - huruf di postinganmu.
Semua itu akan menjadi pembelamu atau mungkin malah akan membinasakanmu di alam sana.

Maka dengan itu, tulislah yang baik-baik saja saja, walaupun kita belum baik.
Sekurang-kurangnya kita terselamatkan dari dosa menulis yang buruk.

Tulislah yang baik-baik saja, bukan karena kita orang baik.
Tapi kita berusaha untuk menjadi baik.

Tulislah yang baik-baik saja, karena kita tahu itu perkara baik.
Dan apabila kita berikan yang baik, maka mudah mudahan perkara yang baik itu kembali
kepada kita.

Tulislah yang baik-baik saja, karena kita mau yang baik-baik itu yang tertinggal, apabila kita sudah pergi.

Bicaralah yang baik baik saja,
Tulislah yang baik-baik saja.

Karena yang baik itu semuanya bernilai ibadah.
Walaupun hanya sekadar Copas, senyum ataupun bersangka baik.

Berusahalah menjadi orang yg bermanfaat bagi orang lain, meski cuma sebatas tulisan sederhanamu.

Jangan menjadi penyebab orang lain bertambah lebih buruk, karena ketikan jari jemarimu.

Selasa, 25 Januari 2022

Kalit Rabu Biasa 3

Nikmatilah dan resapilah Sapaan Tuhan hari ini!

Adakah Ia bicara kepadamu?

Bagaimana kita menanggapinya?

Rahmat yang kamu peroleh apa?







Salinkanlah SabdaNYA yang bicara kepadamu! Pada komentar dibawah ya


GEREJA KATOLIK yang APOSTOLIK

“Apostolik” atau rasuli berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”, sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why 21:14), tetapi sebagai sifat khusus keapostolikan baru disebut akhir abad ke-4. Dalam perjanjian Baru kata “rasul” tidak hanya dipakai untuk kedua belas rasul yang namanya disebut dalam Injil (lih Mat 10:1-4).


Hubungan historis itu tidak boleh dilihat sebagai macam “estafet”, yang didalamnya ajaran benar bagaikan sebuah tongkat dari rasul-rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang. Yang disebut “Apostolik” bukanlah para uskup, melainkan Gereja. Sifat apostolik berarti bahwa Gereja sekarang mengaku diri sama dengan gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. Hubungan historis ini jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan.

Sifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja hanya mengulang-ulangi apa yang sejak dulu kala sudah diajarkan dan dilakukan di dalam gereja, keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan hidup, tergerak Roh Kudus, Gereja senantiasa berpegang pada Gereja para rasul sebagai norma imannya. Bukan mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti hidup iman. Seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja dan setiap anggotanya, perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya.

Sifat Apostolik (yang betul-betul dihayati secara nyata) harus mencegah Gereja dari segala rutinisme yang bersifat ikut-ikutan. Keapostolikan berarti bahwa seluruh Gereja dan setiap anggotanya tidak hanya bertanggungjawab atas ajaran gereja, tetapi juga atas pelayanannya. Sifat keapostolikan Gereja tidak pernah “selesai”, tetapi selalu merupakan tuntutan dan tantangan. Gereja, yang oleh Kristus dikehendaki satu, kudus, Katolik, apostolik, senantiasa harus mengembangkan dan menemukan kembali kesatuan, kekatolikan, keapostolikan, dan terutama kekudusannya. Sifat-sifat Gereja diimani, berarti harus dihayati, oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing anggotanya.