Pawitikra CATHOLIC Students

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Selasa, 22 Februari 2022

22 02 22 Mutiara Iman

“Lalu Yesus bertanya kepada mereka, ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’” [Mat. 16: 15]

BACAAN INJIL – Mat. 16: 13-19


Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka, "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan, Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi". Lalu Yesus bertanya kepada mereka, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya, "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga".

Meditatio:

Gereja merayakan pesta Takhta St. Petrus. 

Apa maksudnya? Kita memestakan takhta, tempat duduk St. Petrus sebagai sebuah kursi? 

Tidaklah. Yang diperingati ialah pengangkatan Petrus oleh Yesus yang menjadi batu dasar Gereja-Nya, menjadi kepala Gereja-Nya yang pertama dan kelihatan di dunia ini, dan sungguh ia memang yang telah memimpin dan menggembalakan gereja dengan penuh cinta seluruh gereja Kristus, sesudah wafat-Nya Tuhan.

Dasar pesta ini adalah pengangkatan Simon oleh Yesus sendiri yang diberi-Nya nama baru, Petrus atau Kefas, artinya batu karang. Kristus, Sang Batu Karang Sejati dan Utama, telah mengangkat Petrus, Sang Batu Karang yang mendapat kekuatannya dari Yesus sendiri. Petrus bukan hanya menjadi batu dasar, ia juga menjadi pemimpin, kepala yang mengatur, menentukan, mengorganisir gereja Kristus itu. Perhatikan, jika tugas mewartakan ke seluruh dunia diberikan kepada semua rasul, maka tugas menjadi batu karang dan memimpin gereja, diberikan secara pribadi, dengan menyebut nama, Simon yang menjadi Petrus!

Petrus lalu menjadi pemimpin gereja yang didirikan Yesus dan kepemimpinannya dilanjutkan oleh penggantinya yang sah, sebagai penerus pemimpin gereja, terus menerus sampai saat ini, Paus Fransiskus sebagai Paus ke-267.

Ada yang mengatakan bahwa Yesus tidak mendirikan gereja, tetapi jemaat. Baik kita telusuri asal-usulnya; kata gereja atau church berasal dari kata Yunani: ekkaleo yang berarti memanggil berkumpul; menunjuk pada kesatuan umat beriman; ekkaleo diterjemahkan ke Bahasa Latin menjadi ecclesia, artinya yakni gereja; ecclesia sama dengan igreja Bahasa Portugis, bangsa yang membawa masuk iman katolik ke Indonesia. Dari kata igreja inilah kita dapatkan kata gereja dalam bahawa Indonesia. Jadi, Yesus mendirikan gereja-Nya atas diri Petrus sebagai dasarnya! Dan gereja yang didirikan Yesus itu adalah gereja Katolik, yang setia pada ajaran para rasul yang dipimpin Petrus, yang estafet kepemimpinannya tersusun rapi sampai pada Paus Fransiskus kita saat ini.

Contemplatio:

Dalam suasana teduh, kontemplasikan saat Yesus menatap Simon, anak nelayan Galilea, dengan iman kuat tetapi juga kelemahan manusiawinya, toh Tuhan mempercayai dia, menjadi dasar dan kepala gereja-Nya. 

Rasakan cinta Tuhan menembusi hatimu juga, seolah berbisik, engkau juga batu andalan gereja-Ku!

 

Oratio:

Tuhan, Engkau mengangkat Petrus bukan karena ijazah, studi teologi atau kedekatan pribadi; 

Engkau melihat bahwa Bapa-Mu bekerja di dalam dia dan dia menanggapinya. 

Berkatilah bapa suci Paus Fransiskus, jadilah dia batu kokoh dan pemimpin baik gereja-Mu. Amin.

 

Missio:

A. Apakah saya mempunyai kontribusi bagi gereja / parokiku? 

B. Atau hanya sebatas masuk gereja pada hari Minggu?


Jika belum ada, maka saya harus terlibat dalam salah satu bidang/kegiatan, entah sebagai anggota atau simpatisan atau volunteer.

 c. Bagiku Yesus adalah ....????

Senin, 21 Februari 2022

STIGMATA - Luka-Luka Yesus

SILAKAN NIKMATI FILMNYA!

PADRE PIO







Hari Pesta : 11 April

SANTA GEMMA GALGANI

Pada tahun 1878, pada tanggal 12 Maret di Camigliano, sebuah desa dekat Lucca, Italia, Gemma Galgani lahir. Nama Gemma berasal dari kata bahasa Italia yang berarti mutiara. Ayahnya adalah seorang ahli kimia yang cerdas dan keturunan St. John Leonardi. Ibu Gemma berasal dari keturunan kaum terhormat juga. Keluarga Galgani adalah keluarga Katolik yang saleh dan dikaruniai delapan anak. Gemma adalah anak keempat, puteri pertama dalam keluarga. Ia seorang gadis kecil yang pandai, ramah, periang dan menyenangkan. Gemma dibaptis pada hari setelah ia lahir dan sebelum ia berusia tujuh tahun dia melakukan Pengakuan Dosa pertamanya. Tapi segera setelah itu ibunya sakit keras. Gemma mera sangat sedih akan kenyataan ini. Dia biasa berlutut di bantal ibunya saat mereka berdoa bersama, sampai ayahnya mengirim Gemma untuk dirawat oleh bibinya yang baik hati. Gadis kecil itu pergi tanpa mengeluh, dan Gemma tidak pernah melihat ibunya yang terkasih lagi, karena ibunya meninggal beberapa saat setelah itu.

>Gemma mengalami TBC tulang sejak masih seorang gadis muda. Radang selaput di otak dan tulang belakang (meringitis) mengakibatkan ia kehilangan pendengarannya. Abses besar terbentuk di kepalanya, rambutnya rontok dan tubuhnya menjadi lumpuh. Seorang dokter dipanggil dan telah mencoba banyak obat yang semuanya gagal. Semakin hari keadaanya semakin buruk.

Gemma mulai berdevosi kepada Venerabilis Gabriel Possenti dari Bunda Dukacita (sekarang Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita). Pada ranjangnya dia membaca kisah hidup Santo Gabriel. Dia kemudian menulis tentang Santo Gabriel :

"... Aku tumbuh dalam kekaguman akan keutamaan dan kehidupannya. Devosiku kepadanya berkembang. Pada malam hari aku tidak tidur tanpa fotonya di bawah bantal dan setelah itu aku mulai melihat dia mendekatiku. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini, tapi aku merasakan kehadirannya. Di setiap waktu dan di setiap tindakanku Frater Gabriel ada dalam benakku. "

Gemma, saat itu berusia 20 tahun, terbaring lemah di ranjang kematiannya. Sebuah novena disarankan sebagai satu-satunya jalan untuk menyembuhkan penyakitnya. Pada tengah malam tanggal 23 Februari 1899, dia mendengar desingan rosario dan menyadari bahwa Venerabilis Gabriel menampakkan diri kepadanya. Dia berbicara kepada Gemma :

"Apakah engkau ingin sembuh? Berdoalah dengan iman setiap malam kepada Hati Kudus Yesus. Aku akan datang kepadamu sampai Novena berakhir dan akan berdoa bersama kepada Hati Kudus Yesus."

Pada hari Jumat pertama bulan Maret Novena berakhir. Anugerah diberikan; Gemma disembuhkan. Saat ia bangun, orang-orang di sekitarnya menangis sukacita karena mukjizat besar terjadi! Gemma, mengalami kesehatan yang sempurna.

Pada 8 Juni 1899, setelah menerima Komuni, Tuhan mengijinkan hambanya mengetahui bahwa malam itu dia akan mengalami rahmat yang sangat besar. Gemma pulang ke rumah dan berdoa. Dia mengalami ekstase dan merasakan penyesalan yang besar atas dosa-dosanya. Bunda Maria, yang kepadanya Gemma setia berdevosi, tampak kepadanya dan berkata :

"Anakku Yesus sangat mengasihi engkau dan ingin memberikan kepadamu rahmat. Aku akan menjadi ibu bagimu. Maukah Engkau menjadi anak yang benar?"

Pada saat itu Bunda Maria membuka mantelnya dan menutupi Gemma di dalamnya. Gemma menceritakan bagaimana ia menerima stigmata :

"Pada saat itu Yesus muncul dengan semua Luka-Nya terbuka, Luka itu tidak mengeluarkan darah, tetapi nyala api. Dalam sekejap api itu datang dan menyentuh tanganku, kakiku dan hatiku. Aku merasa seolah-olah aku sedang sekarat dan hampir jatuh ke tanah, tetapi ibuku (Bunda Maria) memelukku, dan aku tetap berada di bawah mantelnya. Aku tetap berada dalam posisi itu selama beberapa jam. Akhirnya ia mencium keningku, semua lenyap dan aku menemukan diriku sedang berlutut. Tetapi aku masih merasakan sakit di tangan, kaki dan hatiku. Aku bangun untuk berbaring di tempat tidur dan menyadari bahwa darah mengalir dari bagian-bagian di mana aku merasa sakit. Aku menutupinya sebisaku dan kemudian dibantu oleh Malaikat pelindungku, aku bisa berbaring di tempat tidur... "Selama sisa hidup Gemma, beberapa orang, termasuk para rohaniawan yang dihormati Gereja, menyaksikan berulang kali keajaiban stigmata suci pada gadis dari Lucca itu. Salah satu saksi mata menyatakan:
"Darah berasal dari luka-lukanya sangat banyak. Ketika ia berdiri, darah itu mengalir ke tanah dan ketika di tempat tidur tidak hanya membasahi pakaian, tetapi juga kain seperai dan kasur. Saya memperkirakan aliran sungai atau kolam darah ini kurang lebih panjangnya 20-25 inci dan sekitar dua inci lebarnya. "


Seperti St. Fransiskus dari Assisi dan baru-baru ini Padre Pio, Gemma juga dapat mengatakan: molestus Nemo mihi duduk. Ego enim stigmata Domini Jesu di corpore meo porto: Janganlah menyakiti aku, karena ada luka-luka dari Tuhan Yesus di dalam tubuhku.

Segera setelah berkat yang luar biasa ini, Gemma melakukan perjalanan Tahun Suci di Katedral St Martin di mana ia pertama kali bertemu dengan misionaris Pasionis, Pater Cajetan. Pater Cajetan mendengarkan cerita ajaib yang dialami Gemma dan menerimanya mengikrarkan kaul pribadi.

Melalui Pastor Cajetan dia diperkenalkan kepada Pater Germano Ruoppolo. Pada saat itu, Pater Germano adalah postulator general yang mempersiapkan proses beatifikasi St Gabriel. Pater Germano sebagai seorang teolog terkemuka dan mengenal baik doa mistis, mengakui kehidupan doa Gemma. Ia ingin menjadi seorang biarawati kontemplatif, tetapi keinginannya tidak pernah terlaksana. Tuhan punya rencana lain untuknya. Tuhan mengatakan kepada Gemma bahwa suatu saat nanti biara akan datang ke Lucca melalui karya ayah spiritualnya, Pater Germano.

St Gemma meninggal pada Sabtu Suci 11 April 1903 dalam usia 25 tahun. Salah seorang suster yang hadir mengenakan tubuh Gemma dengan jubah Pasionis, untuk mengungkapkan apa yang pernah ia cita-citakan. Pada tanggal 3 Oktober 1905, Pater Germano memperoleh surat kuasa dari Paus Pius X untuk mendirikan biara di Lucca. Pada tahun 1906 Euphemia Gianini masuk biara dan mengambil nama Gemma Magdalena. Tentu betapa bahagianya Gemma menyaksikan semua ini dari surga! Biara tumbuh dan berkembang. Paus Pius XII mengkanonisasi Gemma Galgani pada tahun 1940. Tubuhnya dimakamkan di kapel biara baru di Lucca. Pada tahun1917 Gereja mulai mempelajari keteladanan hidup Gemma. Pada tahun 1923 jenasah Gemma dipindahkan ke Biara Passionis di Lucca. Pada tanggal 14 Mei 1933 Gemma dibeatifikasi oleh Paus Pius XI. Tiga puluh tujuh tahun setelah kematiannya, pada tanggal 2 Mei 1940, Paus Pius XI atas nama Gereja Kudus memberi gelar Santa kepada Gemma Galgani.

Meskipun Gemma Galgani bukan seorang Pasionis dalam arti kanonik, Allah membangkitkan tubuhnya sebagai paradigma yang benar bagi mereka yang mempunyai keinginan untuk mengikuti St Paulus dari Salib. 

Komitmen tersebut menuntut kesesuaian batin untuk menderita. Dengan tanda luka fisik Yesus pada dirinya, Gemma mengingatkan para Pasionis bagaimana mereka dipanggil untuk menghidupi kenangan akan sengsara Yesus Kristus tidak hanya dalam kata tetapi dalam tindakan. Melalui teladan hidup dan penderitaan, para Pasionis harus menjalani komitmen penuh kasih untuk mengikuti Yesus yang tersalib dan dengan tekad yang kuat, penuh iman dan kasih mewartakan sengsara dan wafat-Nya. 

Regula Pasionis menyebut para Pasionis "menderita banyak hal," tidak hanya untuk kemuliaan Allah dan keselamatan pribadi mereka sendiri, tetapi juga "untuk keselamatan semua orang."



Minggu, 20 Februari 2022

SYAHADAT PARA RASUL

Doa adalah bentuk ketaatan seseorang kepada Tuhan. Siapa yang hidup dari anugerah Kristus akan berdoa setiap hari di rumah, sekolah, kantor, dan di manapun. Berdoa juga dapat menjadi awal pertaubatan.
Mengutip buku Aku Percaya oleh Verkuyl, Paulus dalam Efesus 6 mengatakan bahwa perjuangan ketaatan iman hanya dapat bertahan dalam doa. 
Ia juga berkata: "Berdoalah tiap-tiap waktu dengan segala doa dan permintaan di dalam Roh."
Siapa yang tidak berdoa disebut tidak akan mendapat hasil dalam perjuangan ketaatan imannya. 
Orang yang tidak berdoa adalah orang yang tidak berjuang dan tidak taat. Saat ada orang berdoa dengan sungguh-sungguh, di situlah timbul kekuatan untuk perjuangan rohani dan ketaatan kepada kehendak Allah.
Salah satu doa yang bisa dipanjatkan adalah Doa Aku Percaya. 
Dalam ajaran Katolik, doa ini adalah Syahadat Para Rasul atau syahadat singkat. Syahadat ini disusun oleh 12 Rasul setelah Yesus diangkat ke surga, tepatnya pada hari Pentakosta. 
Seperti apa Doa Aku Percaya? Simak uraian berikut.

Aku percaya akan satu Allah,Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan
dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat.
amin.




>Doa Aku Percaya (pendek):

Aku percaya akan Allah, 
Bapa yang Maha Kuasa, 
pencipta langit dan bumi.
Dan akan Yesus Kristus, 
PuteraNya yang tunggal, Tuhan kita.
Yang dikandung dari Roh Kudus, 
dilahirkan oleh perawan Maria.
Yang menderita sengsara, 
dalam pemerintahan Pontius Pilatus, 
disalibkan, wafat dan dimakamkan. 
Yang turun ketempat penantian, 
pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.
Yang naik ke surga, 
duduk disebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa.
Dari situ Ia akan datang 
mengadili orang hidup dan mati.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja Katholik yang Kudus,
Persekutuan para Kudus,
pengampunan dosa,
kebangkitan badan,
kehidupan kekal.
Amin.

5 Perintah Gereja

Awal Mula 
Sejarah Gereja menunjukkan adanya perkembangan perintah Gereja, hingga sampai dirumuskan ada lima, seperti yang kita ketahui sekarang ini. 

Di jaman sekitar tahun 300-an, sudah ada semacam penekanan kewajiban untuk menghadiri Misa setiap hari Minggu dan hari perayaan kudus lainnya, dan untuk menerima sakramen. Penekanan ini ini terus berkembang sampai abad ke tujuh, di mana diberikan sangsi bagi mereka yang tidak mengikuti Misa Minggu dan hari- hari perayaan yang ditentukan Gereja; namun hal- hal ini belum secara resmi disebut sebagai perintah Gereja. 

Demikian pula pada jaman St. Bonifasius (672-754), Regino dari Prum (915); namun kehadiran dalam Misa Kudus selalu ditekankan, demikian juga kehadiran dalam perayaan- perayaan kudus.

Perintah Gereja pertama kali dikenal di jaman Paus Celestine V di abad ke 13, namun isinya tidak sama dengan yang kita kenal sekarang. 

Selanjutnya, St. Antonius dari Florence (1439) dalam “Summa Theologica” (part I, tit. xvii, p. 12) mengeluarkan sepuluh perintah Gereja, yang kemudian diperbaharui oleh St. Petrus Kanisius dalam “Summa Doctrinæ Christianæ“(1555) dan St. Bellarminus dalam “Doctrina Christiana” (1589).

Kelima perintah Gereja yang kita kenal sekarang ini berasal dari St. Petrus Kanisius, yaitu (lih. Puji Sykur 7)

  1. Rayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu.
  2. Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan pada hari raya yang diwajibkan; dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
  3. Berpuasa dan berpantanglah pada hari yang ditentukan.
  4. Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.
  5. Menyambut Tubuh Tuhan pada Masa Paskah.

MAKSUD DAN TUJUAN
Perintah Gereja, yang mengikat umat beriman, mempunyai tujuan sebagai berikut:
  1. untuk menentukan dan menjelaskan ajaran- ajaran iman
  2. untuk melaksanakan tentang waktu dan cara sehubungan dengan hukum Ilahi, yang tidak secara jelas disebutkan dalam hukum itu, misalnya tentang kewajiban umat beriman untuk menerima Ekaristi di masa Paskah dan mengku dosa sekurang- kurangnya setahun satu kali.
  3. untuk menentukan batasan hukum moral, pada saat hati nurani sulit memutuskan.
  4. untuk melestarikan dan menjaga pelaksanaan hukum yang lebih tinggi, misalnya pelaksanaan hukum dalam sepuluh perintah Allah.
  5. untuk menentukan batas minimum yang mutlak bagi umat beriman dalam doa dan usaha melaksanakan perintah Tuhan.

DALAM KATEKISMU
Secara khusus lima perintah Gereja dijelaskan di Katekismus, demikian:

KGK 2041 
Perintah-perintah Gereja melayani kehidupan kesusilaan, yang berhubungan dengan kehidupan liturgi dan hidup darinya. Sifat wajib dari hukum positif ini, yang dikeluarkan oleh gembala-gembala, hendak menjamin satu batas minimum yang mutlak perlu bagi umat beriman dalam semangat doa dan usaha yang berkaitan dengan kesusilaan, pertumbuhan kasih kepada Allah dan sesama.

KGK 2042 
Perintah pertama (“Engkau harus mengikuti misa kudus dengan khidmat pada hari Minggu dan hari raya”) menuntut umat beriman supaya mengambil bagian dalam Ekaristi, manakala persekutuan Kristen berkumpul pada hari peringatan kebangkitan Tuhan (Bdk. CIC, cann. 1246-1248; CCEO, can. 881, 1.2.4). 
Perintah kedua (“Engkau harus mengaku dosamu sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun”) menjamin persiapan untuk Ekaristi melalui penerimaan Sakramen Pengakuan, yang melanjutkan pertobatan dan pengampunan yang telah diperoleh dalam Pembaptisan (Bdk. CIC, can. 989; CCEO, can. 719)
Perintah ketiga (“Engkau harus sekurang-kurangnya menerima komuni kudus pada waktu Paska dan dalam bahaya maut”) menjamin satu batas minimum untuk menerima tubuh dan darah Tuhan dalam hubungan dengan pesta-pesta masa Paska, asal dan pusat liturgi Kristen (Bdk. CIC, can. 920 CCEO, cann. 708; 881,3)

KGK 2043 
Perintah keempat (“Engkau harus merayakan hari raya wajib”) melengkapi hukum hari Minggu dengan keikutsertaan dalam pesta-pesta utama liturgi, yang menghormati misteri Tuhan, Perawan Maria, dan para kudus (Bdk. CIC, can. 1246; CCEO, cann. 881, 1.4; 980,3). 
Perintah kelima (“Engkau harus menaati hari puasa wajib”) menjamin waktu penyangkalan diri dan pertobatan, yang mempersiapkan kita untuk pesta-pesta liturgi; mereka membantu agar memenangkan kekuasaan atas hawa nafsu dan memperoleh kebebasan hati (Bdk. CIC, cann. 1249-1251; CCEO, can. 882). 

Umat beriman juga berkewajiban menyumbangkan untuk kebutuhan material Gereja sesuai dengan kemampuannya (Bdk. CIC, can. 222).