Pawitikra CATHOLIC Students: Februari 2023

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Selasa, 21 Februari 2023

Sakramen Ekaristi

 Dalam Ekaristi, kita “memecah-meeah satu roti yang memberi kita obat keabadian, penawar racun kematian, dan makanan yang membuat kita hidup selamanya dalam Yesus Kristus”. (Santo Ignatius dari Antiokhia)


Dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik ditulis bahwa Sakramen Ekaristi adalah kurban Tubuh dan darah Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabdikan kurban salib selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam kernuliaan.


Sakramen Ekaristi merupakan tanda kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah, saat Kristus diterima hingga jiwa dipenuhi rahmat dan jaminan kemuliaan yang akan datang. Yesus sendirilah yang menciptakan Sakramen Ekaristi yang dibuktikan dengan “Perjamuan Terakhir” bersama muridnya yang diungkapkan dalam sebuah perikope “Pada malam waktu -Ia diserahkan” (1 Kor 11:23), yang sampai saat ini umat kristen merayakannya saat Kamis Putih.

Dalam  menetapkan  Sakramen  Ekaristi  ini  Yesus  Kristus  mengumpulkan para rasul di Cenaculum dan Yesus memberikan sebuah kenangan kepada muridnya dalam bentuk perjamuan roti dan anggur, yang sebenarnya melambangkan diri-Nya untuk berkorban bagi keselamatan manusia. Sakramen Ekaristi merupakan sumber dan puncak kehidupan kristiani yang sangat mendalam kepada kita dan ibadah kita. Karena dalam Sakramen Ekaristi terkandung makna tentang kehidupan ilahi dan kesatuan umat Allah dipadukan dalam sebuah liturgi surgawi yang dikuduskan menuju pada kehidupan kekal.

Telah penulis ungkapkan diatas bahwa Ekaristi adalah sebuah kenangan Yesus kepada murid-Nya, yang dimaksud dengan kenangan adalah menghadirkan dan  mengaktualkan  kurban yang  dipersembahkan  oleh  Kristus  kepada Bapa di kayu salib, kurban salib dan kurban Ekaristi adalah satu dan sama. Walaupun kurban salib dengan cara berdarah sedangkan kurban Ekaristi (Sakramen Ekaristi) dengan cara tidak berdarah. Jika kita refleksikan yang paling dalam bahwa kehadiran Yesus kristus dalam Sakramen Ekaristi dengan cara unik dan tidak tertandingi. Karena dalam Sakramen Ekaristi Yesus hadir dalam rupa roti dan anggur secara total dalam bentuk Allah dan manusia.

Gereja sangat menghormati Sakramen Ekaristi. Hal itu dibuktikan dengan rnengharuskan umat-Nya untuk berpartisipasi dalam perayaan Sakramen Ekaristi Kudus setiap Minggu, dan pada hari-hari suci yang diwajibkan serta menganjurkan juga pada hari-hari lainnya.

Pentingnya Sakramen Ekaristi

Pentingnya perayaan Ekaristi untuk umat dinyatakan dalam ajaran gereja dengan berbagai ungkapan, “Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup kristiani (LG 11). Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah kekayaan rohani gereja, yakni Kristus sendiri. Jadi Ekaristi merupakan pusat jemaat beriman yang dipimpin oleh imam sebagai orang yang tertahbis.

Ekaristi mempunyai beberapa makna antara lain :

Sumber dan puncak hidup kristiani, dalam arti luas dikaitkan dengan kehidupan. Sumber merupakan tempat awal keluar dan mengalirnya kekayaan rohani karena dari Ekaristi akan menyiram dan menyuburkan hidup kristian kita; puncak adalah tempat tertinggi yang menjadi pokok dan sekaligus bagian terpenting dari kehidupan kristiani umat manusia.

Sumber dan puncak pewartaan injil, secara terbatas dihubungkan dengan bagian perayaan Liturgi yaitu bagian ibadat sabda yang berpuncak pada injil.

Pusat jemaat beriman. merupakan perhatian utama umat yang berdasar dan mengarah pada Ekaristi.

Sakramen Ekaristi merupakan sebuah tanda kenangan Yesus sendiri sebaga Allah yang menjelma menjadi manusia maka dalam Sakramen Ekaristi inilah kita sebagai umat manusia membiarkan hidup kita dikuasai Allah dalam wujud Cinta Kasih Allah kepada manusia dengan menyerahkan tubuh dan darah-Nya untuk dikorbankan bagi manusia demi mendapatkan jaminan kemuliaan yang akan datang, karena di dalam Ekaristi memberikan berkat dan rahmat surgawi kepada kita, memperkuat kita dalam peziarahan hidup untuk menuju kepada kehidupan kekal yang dijanjikan Allah kepada umat- Nya.

Sakramen Tobat

Biasanya ada sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun gereja memberikan pelayanan Sakramen Tobat, yaitu pada waktu masa Prapaskah dan masa Adven.

Untuk mendapat Sakramen Tobat, kita biasa mengakukan segala dosa-dosa kita di hadapan imam. 

Namun seringkali ada pertanyaan, mengapa kita perlu mengakui dosa di hadapan imam dan tidak langsung saja kepada Tuhan Yesus?


Sakramen ini dinamakan Sakramen Tobat, Sakramen Pengampunan, Sakramen Pengakuan Dosa, dan Sakramen Rekonsiliasi.

Tobat mengacu kepada konversio (pembalikan), berbalik; pikiran dan hidup ditujukan kembali kepada kehendak Tuhan.  

Rekonsiliasi berhubungan kembali/perbaikan hubungan dalam damai dengan Tuhan dan sesama. 

Dinamakan Sakramen Pengakuan karena penyampaian, pengakuan dosa di depan Imam adalah unsur penting Sakramen ini. 

Dinamakan Sakramen Pengampunan karena oleh absolusi Imam, Kristus menganugerahkan secara sakramental kepada orang yang mengakukan dosanya ”pengampunan dan kedamaian”. 

Kristus Menetapkan Sakramen Pengampunan/ Tobat

Tuhan yang sudah bangkit menetapkan Sakramen ini pada malam Paskah ketika Dia menampakkan Diri kepada Para Rasul dan berkata kepada mereka, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:23).

Orang yang dibaptis membutuhkan pertobatan

Panggilan Kristus untuk pertobatan terus berlangsung selama hidup orang yang dibaptis. Pertobatan merupakan kewajiban terus-menerus bagi seluruh Gereja. Gereja itu kudus, tetapi di dalamnya juga termasuk orang-orang berdosa.

Sakramen Rekonsiliasi ini ada Setelah Sakramen Pembaptisan

Rahmat kehidupan baru yang diterima dalam Sakramen Pembaptisan tidak menghapuskan kelemahan kodrat manusia dan juga kecenderungan kepada dosa. Kristus menetapkan Sakramen ini untuk pertobatan orang yang dibaptis yang terpisah dari Dia karena dosa. 

Pelayan Sakramen Pengampunan/Tobat

Kristus telah mempercayakan pelayanan Rekonsiliasi ini kepada Para Rasul-Nya, kepada para Uskup yang menjadi pengganti-pengganti para Rasul dan kepada para Imam, rekan sekerja Uskup. Mereka ini menjadi pelayan kerahiman Allah. Mereka melaksanakan kuasa pengampunan dosa atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.     

Pelayan Sakramen Tobat adalah Imam. Mengapa? Allah yang imanen/dekat, bukan yang transenden (bukan yang jauh). Kehadiran Imam mewakili Tuhan sendiri. Tuhan yang menyalurkan rahmat dengan perantaraan Imam. Imam bertindak sebagai hakim, tabib, pelayan keadilan dan belas kasih Allah. 

Hal atau unsur yang perlu diperhatikan dalam Sakramen Tobat:

  • mengakukan dosa-dosanya kepada pelayan yang sah (pengakuan dengan menerima absolusi dari pihak Imam)
  • menyesal atas dosa-dosa itu serta
  • berniat untuk memperbaiki diri
  • penitensi/denda (dalam rangka pembaharuan tingkah laku)
  • memperoleh ampun dari Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan lewat absolusi (absolvere= melepaskan). 

Absolusi dianggap sebagai rumus inti Sakramen Tobat: ”Saya melepaskan Saudara dari segala dosa...”. Maka Imam yang mempunyai yurisdiksi menyatakan bahwa Tuhan telah menghapus dosa.

Penitensi merupakan denda dalam bentuk doa, perbuatan laku tapa, ziarah atau karya amal tertentu, yang diminta oleh bapa pengakuan.

Sehingga, Sakramen Pengakuan/Tobat ialah pengakuan pribadi dan utuh serta absolusi, si pendosa di perdamaikan kembali dengan Allah dan Gereja. 


Pribadi artinya langsung dan secara pribadi

Integral/utuh artinya seluruhnya (bagian-bagian dijalankan)

Pengakuan si pendosa sekaligus berarti memperdamaikan kembali dengan Allah dan Gereja yang dilukai dengan perbuatan dosa mereka. 

Tiga bentuk upacara tobat: 

  1. Perayaan individual dengan denda dan absolusi perorangan
  2. Perayaan bersama dengan denda dan absolusi perorangan (setelah ibadat tobat, pengakuan secara pribadi) 
  3. Perayaan bersama dengan absolusi umum (situasi sangat terdesak contohnya: kapal akan tenggelam, apabila bahaya maut mengancam dan tidak ada waktu bagi imam untuk mendengarkan pengakuan masing-masing peniten).

Tempat yang sebenarnya untuk menerima pengakuan adalah Gereja atau tempat ibadat (kapel) di kamar pengakuan:

kamar pengakuan selalu diadakan di tempat yang mudah dicari orang dilengkapi dengan penyekat yang kokoh antara peniten dengan bapa pengakuan

Sakramen Baptis

Sakramen Baptis adalah sakramen yang memberikan rahmat pengudusan yang membawa kepada kehidupan baru di jiwa kita, yang menjadikan kita anak-anak Allah dan ahli waris Kerajaan Surga. Sakramen Baptis adalah sakramen pertama yang dapat kita terima dan merupakan fondasi dan pintu masuk kepada seluruh kehidupan Kristiani. Melalui Baptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah. Kita menjadi anggota-anggota Kristus,  digabungkan dengan Gereja-Nya dan mengambil bagian dalam misi Gereja. “Baptisan ialah sakramen kelahiran kembali melalui air dan dalam sabda Allah.”[1] Setelah dibaptis, kita dapat menerima sakramen-sakramen yang lain, yang dikehendaki Allah sebagai sarana penyaluran rahmat-Nya yang menghantar kepada keselamatan kekal.

Dengan dibaptis kita digabungkan dengan kematian Kristus, artinya mati terhadap dosa untuk dibangkitkan bersama Kristus dan memperoleh hidup baru di dalam Dia. Kehidupan baru tersebut diperoleh karena rahmat yang mengalir dari misteri Paska Kristus, yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga

Membaptis berasal dari bahasa Yunani Baptizo yang berarti pembasuhan atau pencucian, sehingga membaptis berarti membenamkan calon ke dalam air atau menuangkan air ke atas kepala sambil mengucap atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Sakramen baptis merupakan sakramen dasar bagi orang Kristiani, dengan dibaptis berarti orang bergabung menjadi anggota Gereja Setelah kebangkitan, Yesus memberikan tugas perutusan kepada para rasul untuk membaptis (Mat 28:19). Maka sejak Pentakosta Gereja melayani Sakramen pembaptisan kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus.

Lambang dari sakramen baptis antara lain:

1) Air yang berarti membersihkan dari dosa-dosa. Dalam perjanjian lama air dilihat sebagai sumber kehidupan dan kematian, contohnya dalam kisah bahtera Nuh yang diselamatkan lewat air, dalam kisah penyebrangan Laut merah yang membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir, semua pralambang dalam perjanjian lama ini digenapkan dalam diri Yesus, di kayu salib, air dan darah keluar dari lambung yang ditikam,

2) Lilin yang melambangkan cahaya Kristus sebagai penerang dalam kehidupan, karena kita adalah anak terang Kristus (Ef 5:8).

3) Kain Putih yang melambangkan kita “mengenakan Kristus” artinya bahwa sesudah dibaptis kita mengandalkan kekuatan Kristus dalam menjalani hidup.


Pembaptisan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Baptisan dewasa.

Untuk baptisan dewasa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut: percaya kepada Kristus sebagai penyelamat, mengikuti pelajaran calon katekumen sekurang-kurangnya satu tahun, mengucapkan pengakuan iman pada waktu pembaptisan.

2) Baptisan bayi.

Beberapa syarat untuk baptisa bayi adalah: perlu pendampingan orangtua dan Gereja untuk mengucapkan pengakuan iman. Gereja membaptis bayi karena ketika bayi lahir dosa asal sudah ada maka pembatisan bayi berarti bayi telah diselamatkan dari kuasa jahat untuk dibebaskan menjadi anak-anak Allah.

Dalam proses pembaptisan dewasa ada tahapan-tahapan yang harus dilalui yakni:

a) Masa Prakatekumenat: masa pemurnian motivasi calon, yang diakhiri dengan upacara tahap pertama: pelantikan menjadi katekumen.

b) Masa Katekumenat: masa pengajaran dan pembinaan iman serta latihan hidup dalam jemaat yang diakhiri dengan upacara tahap kedua: Upacara pengukuhan Katekumenat terpilih,

c) Masa persiapan terakhir yakni masa khusus untuk mempersiapkan diri menerima sakramen–sakramen inisiasi dan diakhiri dengan tahap ketiga Upacara peneriman sakramen baptis.

d) Masa mistagogi: masa pembinaan lanjutan setelah seseorang menerima sakramen baptis.

Ada beberapa istilah yang kita jumpai untuk mempelajari sakramen baptis, yakni:

Katekumen (calon baptis),

katekis (guru pengajar agama dalam gereja),

Katekese (bahan ajaran/pewartaan tentang Yesus Kristus),

Katekismus (kamus/buku yang mencakup materi pewartaan Yesus Kristus).

Menurut Kitab Hukum Kanonik, hendaknya Calon baptis didampingi oleh wali baptis, yang bertugas untuk mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi kristiani, dan bersama orangtua calon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga mengusahakan agar yang dibaptis hidup secara kristiani yang sesuai dengan baptisnya serta memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu” (No. 872). 

Buah atau rahmat dari pembaptisan adalah:

1) Menghapuskan dari segala dosa,

2) Dilahirkan kembali menjadi anak Allah,

3) Mendapat rahmat pengudusan dan pembenaran yang mempersatukan seseorang dengan Kristus dan Gereja-Nya,

4) Ikut ambil bagian dari tugas Gereja, dan

5) Dimateraikan yang menandakan menjadi milik Kristus selama-lamanya.

Sakramen baptis merupakan sakramen dasar bagi orang Kristiani, dengan dibaptis berarti orang bergabung menjadi anggota Gereja Setelah kebangkitan, Yesus memberikan tugas perutusan kepada para rasul untuk membaptis (Mat 28:19). 

Dalam Gereja Katolik, secara umum yang lazim dipergunakan dalam pembaptisan adalah dengan menuangkan air, bukan dengan menenggelamkan. 

Lambang yang dipergunakan dalam sakramen baptis antara lain:

– Air yang berarti membersihkan dari dosa-dosa.

– Lilin yang melambangkan cahaya Kristus sebagai penerang dalam kehidupan, karena kita adalah anak terang Kristus (Ef 5:8).

– Kain Putih yang melambangkan kita “mengenakan Kristus” artinya bahwa sesudah dibaptis kita mengandalkan kekuatan Kristus dalam menjalani hidup.

Seseorang yang ingin menjadi murid Kristus, syarat utamanya adalah harus percaya atau beriman kepada Yesus Kristus. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya dapat mengimani Kristus? 

Percaya, terlebih beriman tidak berarti hanya sekedar mengetahui, melainkan percaya dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya dan berupaya untuk mewujudkan ajaran-Nya dalam kehidupan nyata sehari-hari. 

Sakramen Baptis menghasilkan buah atau rahmat yaitu:

1) Menghapuskan dari segala dosa,

2) Dilahirkan kembali menjadi anak Allah,

3) Mendapat rahmat pengudusan dan pembenaran yang mempersatukan seseorang dengan Kristus dan Gereja-Nya,

4) Ikut ambil bagian dari tugas Gereja, dan

5) Dimateraikan yang menandakan menjadi milik Kristus selama-lamanya.