Pawitikra CATHOLIC Students

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sabtu, 15 Oktober 2022

GPK PAWI ZIARAH ke JATININGSIH

Bulan ini, Oktober menjadi bulan yang spesial untuk kami. 

Di bulan ini, kami mengadakan ziarah bersama. Tempat yang kami tuju adalah JATI NINGSIH, KLEPU.

Kesempatan perdana untuk kami bisa bersama-sama ziarah di bulan yang penuh dengan keistimewaan secara khusus rosario bersama di sini.

Mengenal Sendang Jatiningsih

Gua Maria Jatiningsih atau yang juga biasa disebut dengan nama Sendang Jatiningsih merupakan salah satu tempat peribadatan sekaligus peziarahan umat Katholik yang ada di daerah Moyudan, Sleman. Sebelum dibangun menjadi Gua Maria, dulunya tempat ini bernama Sendang Pusung. Pusung sendiri merupakan singkatan dari kalimat bahasa Jawa “sing ngapusi busung” yang artinya siapa yang berbohong akan terkena tulah. Kemudian namanya diubah menjadi Sendang Jatiningsih yang berarti sumber air dari rahmat Tuhan yang mendatangkan kedamaian.

Gua Maria Sendang Jatiningsih terletak 17 km di barat Kota Yogyakarta, tepatnya di Dusun Jitar, Desa Sumber Arum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.

Seperti yang sudah disebutkan di awal, Gua Maria Sendang Jatiningsih dibangun tepat di pinggir aliran Sungai Progo. Hal ini menjadikan kawasan Sendang Jatiningsih menjadi sejuk dan segar.

Seperti layaknya Gua Maria pada umumnya, di tempat ini juga terdapat sebuah sendang atau mata air. Dulunya mata air ini terbuka, namun kini sudah ditutup dengan kaca dan airnya dialirkan melalui beberapa kran yang terpasang di dinding kapur. Air yang mengalir ini diberi nama Tirta Wening Banyu Panguripan atau yang bermakna air bening pemberi kehidupan.

Sekelumit sejarah Gua Maria Jatiningsih Yogyakarta

Perjalanan waktu telah menghantarkan Gua Maria Sendang Jati(ning)sih yang berarti Sumber air dari rahmat Tuhan yang sungguh-sungguh mendatangkan kedamaian, ini menjadi salah satu pilihan bagi siapa saja yang ingin melepaskan dahaga rohaninya.

Awal mula pembangunan gua yang semula bernama Sendang Pusung (Sing ngapusi busung = Siapa yang berbohong akan terkena tulahnya) nama yang diambil dari nama asli tempat atau lokasi di mana Gua Maria dibangun ini merupakan cerita panjang dari perkembangan Gereja Katolik di daerah Klepu, khususnya di Dusun Jitar, Pingitan. Cerita gua yang juga bernama Sendang Jatiarum karena letakknya berada di bawah rimbunan pepohonan jati di desa Sumberarum ini berawal dari sejarah Gereja Katolik di tahun 1952.

Masyarakat Dusun Jitar Pingitan pada mulanya belum mememul satu agama. Mereka masih abangan atau boleh dibilang masih menganut kejawen. Namun sekitar tahun 1950-an anak-anak mereka yang memeluk agama Katholik sukses dalam pendidikan dan mempunyai pekerjaan yang mapan. Rupanya kesuksesan anak-anak ini menjadi daya tarik tersendiri bagi orangtua mereka untuk kemudian menjadi Katholik.

Kisah itu bermula dari dibaptisnya FX Dikin di Gereja St Petrus dan Paulus Klepu pada Desember 1952. Dikin ketika itu masih duduk di kelas V SD Kanisius Ngapak. Setahun kemudian (1953), bulan April, jejak Dikin disusul empat rekannya yaitu Ignasius Tentrem, P. Sapardi, B. Semin, dan Taryono. Mereka inilah yang menjadi pionir berkembangnya agama Katholik di Jitar, Pingitan.
Setelah dibaptis, P. Sapardi memelopori berdirinya Lingkungan Jitar Pingitan. Pelajaran agama Katholik dilakukan Sapardi saban malam Jumat. Lambat laun umat di lingkungan semakin bertambah.

Berbagai kegiatan kesenian tradisional seperti wayang orang, ketoprak, karawitan, tari kreasi baru, bahkan selawatan merupakan sarana pewartaan yang dimanfaatkan para muda-mudi ketika itu. Mereka tak segan-segan menambah label Katholik di belakang nama kegiatan mereka, seperti wayang orang Katholik, ketoprak pemuda Katholik, dan seterusnya. Rupanya karena semakin banyak masyarakat yang masuk Katholik dan belum ada tempat ibadat itulah yang mendorong Ignatius Purwowidono menghibahkan tanahnya seluas 200-m² yang bersebelahan dengan rumahnya untuk didirikan kapel bagi umat Lingkungan Jitar Pingitan. Berkat perjuangan dan jerih payah kaum muda ini pada tahun 1984 hampir semua orangtua di Dusun Jitar dan Pingitan ingin belajar agama Katholik secara intensif.

Tanah hibahan Purwowidono itu ternyata tidak jadi untuk kapel. Menurut pastor paroki ketika itu jarak antara Dusun Jitar Pingitan dan Gereja Paroki hanya 2,½-km. Karenanya, bersama Br Yosefat FIC, umat kemudian membangun tempat ibadat yang beratapkan langit. Karena recana tempat ibadat yang beratapkan langgit itu, maka Purwowidono kemudian menukarkan tanah seluar 200-m² di samping rumahnya dengan tanahnya yang terletak di tepi Kali Progo seluas 800-m². Dengan swadaya umat perlahan tempat ibadat itu mulai dibangun sedikit demi sedikit.

Demikianlah proses perjalanan Gua Maria ini. Di tempat ibadat beratapkan langit itu umat semula merencanakan untuk membuat gua kecil dan menempatkan sebuah patung kecil setinggi 30-cm. Namun setelah bermusyawarah, umat akhirnya memutuskan membuat sebuah gua yang lebih besar dan menempatkan patung berukuran 165-cm di dalamnya. Secara swadaya umat mulai membangun gua pada 1-Mei-1986. Mereka mendatangkan batu gua putih yang banyak berlubang dari Gunungkidul, Wonosari.

Patung Bunda Maria dibuat seorang pematung dari Muntilan. Patung itu ditahtakan pada 15-Agustus-1986, diberkati Romo Mardi Kartono SJ sebulan kemudian, tepatnya tanggal 8-September. Sejak itulah Sendang Jatiningsih mulai ramai dikunjungi banyak peziarah. Di gua ini pulalah tercatat sejarah 169 orangtua yang mulai belajar Katolik sejak tahun 1984, dibaptis Romo Mardi Kartono SJ dan Romo Grounwuth SJ. Di sini pulalah banyak peziarah datang bersujud di kaki Bunda Maria. Mereka menimba air kehidupan dan mencari keheningan untuk menemukan Dia!.

Pada hari minggu tanggal 27-Oktober-2002, umat Paroki Klepu mengadakan misa bersama Mgr J. Sunarka SJ di Gua Maria Sendang Jatiningsih sebagai syukur atas ditemukannya sumber mata air baru, Tirto wening banyu panguripan = air kehidupan, letaknya persis di belakang Gua Maria. Penemuan sumber mata air baru oleh Mgr Sunarka yang adalah putera Paroki Klepu ini merupakan bagian dari perjalanan panjang sejarah Gua Maria ini.

Pembagian Kendaraan

Jalan menuju Jatiningsih

Pertanyaan Refleksi

  1. Satu kata untuk ziarah kita  ...
  2. Kesanku saat mengikuti ziarah ....
  3. Pesan yang kutangkap dari giat ziarah ..
  4. Adakah pengalaman yg menarik dari acara ziarah ini? Apa itu? Sebutkanlah!
  5. Ceritakan secara singkat pengalaman ziarahmu!

Kamis, 13 Oktober 2022

Belajar dari The CROSSING

 Literasi dari film ini, untuk semakin menyadari betapa pentingnya persaudaraan dan persahabatan. Kisah 2 sahabat yang semakin mengenal akan KRISTUS. Semangat untuk semakin mengenali kehendak Bapa yang perlu diselami melalui putraNya Yesus Kristus.

Melalui film ini, kita disadarkan arti pentingnya sebuah tindakan kita kepada sesama sekecil apapun itu.

Hal ini terungkap pula betapa cinta yang amat besar ditunjukkan Kristus kepada umat ma nusia menanggung dosa demi karya Penebusan terlaksana.


@slammy_widy

SALIB itu membawa KESELAMATAN

♬ original sound - slamenda

Selasa, 11 Oktober 2022

The Encounter 9

Sebuah Film Rohani yang cukup mendalam dan memberikan banyak inspirasi hidup dan beriman yang benar.

Banyak tokoh yang bisa jadikan model dalam beriman.

Kisah hidup dan sejarah kitapun bisa terusik karenanya.




Minggu, 09 Oktober 2022

Peran serta


Sebagai bentuk dan wujud, cinta sekolah dan cinta Indonesia, keikutsertaan dalam berbagai event yang ada perlu diikuti dengan segenap hati dan sepenuh cinta. Saya cinta sekolah, berarti harus ada perwujudan nyata dan tampak dalam berbagai ajang acara diikuti tidak hanya menjadi penonton.

Hari ini adalah hari 17 Agunstus, ada upacara dan kegiatan yang berkenaan dengan perayaan kemerdekaan RI. Meski hari merah, hari libur, saya mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan pihak sekolah.

Senin, 26 September 2022

Kamis, 22 September 2022

BKSN 22 bersama AMOS





Amos adalah seorang peternak domba dan penduduk asli dari Tekoa (saat ini di dalam kota Palestina modern, Tuqu') Amos 1:1, suatu desa di pinggiran Kerajaan Yehuda, kira-kira 16 km di sebelah selatan Betlehem.
Pelayanan Amos dilakukan pada masa pemerintahan Uzia
di Yehuda dan Yerobeam bin Yoas di Israel.

Sebagai seorang gembala yang dipilih Allah, Amos bertugas untuk mewartakan tanda-tanda penghakiman dan bahwa kesudahan Kerajaan Utara segera datang.

Sudahkan aku membaca seluruh kitab AMOS?

Adakah ayat dari AMOS yang paling mengesan?

Apa maknanya bagiku? Memberi pesan apa ?