Pawitikra CATHOLIC Students

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Rabu, 02 November 2022

Bersahabat

 

  • Pertemanan merupakan pergaulan biasa antarsesama. Pertemanan yang biasa tersebut, jika dilakukan lebih intensif, akan dapat meningkat dalam relasinya menjadi persahabatan. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa relasi dengan teman tentu saja tidak sedalam relasi kita dengan sahabat.
  • Sahabat adalah teman yang selalu ada untuk mendampingi ketika kita sangat membutuhkan. Memberi penghiburan ketika kita dalam kesusahan. Tidak membiarkan ketika kita berbuat salah. Ia hadir untuk memberikan nasihat. Ia menunjukkan arah ketika kita tersesat. Dia bersedia menerima kita apa adanya, tidak pernah menuntut melebihi kemampuan kita. Singkatnya, seorang sahabat adalah seorang yang setia menemani kita dalam suka dan duka.
  • Ajaran Gereja selalu menunjukkan dan mengajarkan bagaimana menjadi orang Katolik yang setia pada sahabat. Salah satu tokoh yang menunjukkan persahabatan yang sejati adalah “Persahabatan Daud dan Yonatan” (1 Sam 18:1-4).
  • 1 Samuel 18:1-4: Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.
  • Beberapa sikap Yonatan yang terpuji dalam bersahabat dengan Daud misalnya: Yonatan tidak merasa persahabatannya harus hancur gara-gara hubungan antara Daud sahabatnya dengan ayahnya tidak baik, ia memandang persahabatan tidak dapat dicampuradukkan dengan urusan keluarga, ia berupaya jujur terhadap Daud dengan berani mengatakan segala sesuatu agar sahabatnya selamat, termasuk keberanian menceritakan sikap ayahnya kepada sahabatnya itu, bahkan Yonatan rela menyerahkan baju perangnya, pedang, panah dan ikat pinggangnya kepada Daud, padahal Yonatan adalah Putra Mahkota dan Daud dapat menjadi saingannya dan musuh ayahnya.
  • Kisah persahabatan Daud dan Yonatan dapat menjadi gambaran tentang arti persahabatan yang sejati. Persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang sungguh-sungguh berorientasi pada orang yang dikasihinya. Orientasi ini memampukan diri untuk berbuat tanpa pamrih, berani meninggalkan diri sendiri demi sahabat yang tidak hanya bersama kala suka, tetapi tetap hadir terutama saat duka menimpa, bahkan bila perlu ia berani berkorban segalanya demi sahabatnya.
  • Mempunyai sahabat adalah dambaan setiap orang, karena setiap orang adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari orang lain yang senantiasa inginnya bahagia atau gembira bersama.
  • Sahabat adalah teman yang selalu ada untuk mendampingi ketika kita sangat membutuhkan.
  • Sahabat yang baik selalu memberi penghiburan ketika kita dalam kesusahan, hadir untuk memberikan nasihat, menunjukkan arah ketika kita tersesat, bersedia menerima kita apa adanya, dan tidak pernah menuntut melebihi kemampuan kita.
  • Beberapa sikap yang sering dapat menghacurkan persahabatan antara lain sebagai berikut: Egois atau mencari keuntungan sendiri, munafik atau sikap pura-pura, ketidakjujuran dan tidak setia.
  • Sebaliknya persahabatan yang baik akan menumbuhkan sikap: kasih cinta, terbuka, jujur, rela berkorban tanpa pamrih, saling memahami, setia dan tidak mencari keuntungan diri.





Berteman

 

  • “Tak kenal maka tak sayang”. Artinya, seseorang yang hidup hendaknya berteman, berelasi pada sesamanya agar dapat saling mengerti dan memahami sehingga memungkinkan timbulnya rasa kasih sayang yang mendalam dan murni.
  • Berteman dapat diartikan sebagai hubungan atau relasi, dimana terjadi antara dua orang atau lebih, baik itu seorang anak laki-laki dengan lawan jenisnya maupun dengan sejenisnya yang mempunyai tujuan untuk bersosialisasi ataupun untuk mencapai sesuatu yang mau dicapai bersama.
  • Di dalam berteman kita dapat menemukan ciri-ciri nya yaitu: ada relasi/hubungan timbal balik di antara kita semua yang menjalin pertemanan. Hubungan pertemanan dapat sebatas pada teman sepermainan, berusaha tidak saling mengecewakan, teman belajar.
  • Dalam proses berteman itu, tidak semuanya dapat berjalan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Beberapa hal yang dapat menjadi hambatan dalam berteman antara lain: Egois, acuh tak acuh, munafik, kurang peka akan kebutuhan orang lain, pergaulan yang kurang luas, kurang mendapatkan perhatian sehingga tidak dapat memberi perhatian.
  • Ternyata untuk mengusahakan pertemanan yang indah, menggembirakan dan saling mengembangkan bukanlah hal yang mudah. Perlu ada usaha-usaha nyata untuk dapat menggapainya.
  • Santo Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Fil 2:1-8) secara gamblang menjelaskan kepada kita tentang bagaimana hendaknya kita mengambil sikap dalam relasi/pertemanan dengan orang lain. “…hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.” (Fil 2: 2). Demikian pula dalam ayat berikutnya, Santo Paulus tetap dan senantiasa menasihatkan agar dalam membangun relasi dengan sesama (berteman) hendaknya menempatkan orang lain yang utama dari pada kepentingan diri sendiri.
  • Berdasarkan nasihat Santo Paulus, sikap yang perlu diusahakan untuk dikembangkan agar pertemanan kita menjadi indah dan menggembirakan antara lain: sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, dan juga dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.

Bersahabat dengan Alam

Keharmonisan hubungan antara alam dengan manusia dapat terjalin dengan baik jika dalam diri manusia ada kehendak yang baik untuk berusaha memanfaatkan dan mengelola serta memelihara alam dengan bijak sesuai dengan kehendak Allah.

Hal ini seharusnya dapat dilakukan jika manusia menyadari akan peran dan tugasnya sebagai citra Allah.

 

Manusia tidak dapat hidup tanpa alam dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Kita dapat meminum air bersih, berteduh dalam rumah yang nyaman, menghirup udara yang segar, dan sebagainya karena ada sumber daya alam yang kita manfaatkan.

 

Kita harus memanfaatkan alam dengan memperhatikan dampak positif dan negatifnya, agar keseimbangan ekosistem tidak terganggu. 
Meskipun demikian, kenyataannya masih banyak manusia yang belum menyadari akan hal ini, sehingga mereka tidak peduli terhadap kondisi dan kelestarian alam lingkungan.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan sangat mempengaruhi pencemaran lingkungan, yang sangat merugikan kehidupan. 

Kenyataannya, manusia sedang menghancurkan dirinya ketika tanpa merasa bersalah menghancurkan alam semesta. 

Manusia sedang menyia-nyiakan hidupnya, ketika menghambur-hamburkan sumber daya alam.
Ada tiga bentuk pencemaran yang kita kenal, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.

Selain itu, penebangan tumbuhan dan penembakan hewan secara berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan dan kepunahan. Hal ini akan berkaitan dengn rusaknya rantai makanan dan keseimbangan ekosistem.

Oleh karena itu, pengelolaan hutan sangat penting demi pengawetan maupun pelestariannya, sebab fungsi hutan adalah untuk mencegah erosi, sumber ekonomi, menjaga keseimbangan air, menyediakan keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Dimana semua itu pada akhirnya untuk kelangsungan hidup bagi manusia.


Dalam Kitab Kejadian khususnya dalam Kej 1: 26-31, manusia dipanggil oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan alam lingkungannya. Allah memberikan kekuasaan kepada manusia untuk menguasai alam dengan mengolah, mempergunakan, dan melestarikan alam ciptaan ini.


Melalui ciptaan, Allah menyatakan diri-Nya sebagaimana Ia ada. Segala ciptaan yang ada menunjukkan bahwa Allah sungguh mencintai manusia. Kita patut bersyukur menyaksikan keindahan, keharmonisan, keselarasan serta betapa sempurna dan takjubnya alam raya. 

Ungkapan syukur kita kepada Allah dapat kita wujud nyatakan dengan menjaga dan melestarikan alam ini karena alam dan manusia adalah bagian hidup yang tak terpisahkan satu sama lain. 

Adapun usaha-usaha yang dapat kita lakukan, misalnya:
  1. Menerapkan praktik hidup hemat, mulai dari sebanyak mungkin memanfaatkan transportasi umum, hemat listrik hingga hidup seadanya (sederhana) yang tidak konsumtif. Semua kegiatan tersebut dapat membantu mengurangi energi yang digunakan dan pada akhirnya dapat mengurangi polusi udara dan dampak rumah kaca;
  2. Mengurangi penggunaan mobil dengan naik sepeda, jalan kaki, atau dengan bus;
  3. Composting merupakan cara untuk membuang sampah dapur. Hal itu sehat untuk tanah dan sedikit sampah yang akan masuk ke lokasi penimbunan;
  4. Mematikan keran air bila sedang menyikat gigi atau sudah tidak dipakai; 5) Membuang sampah pada tempat yang seharusnya bukan di sungai ataupun di tempat-tempat yang dapat menyebabkan banjir, dan sebagainya.

Alam Bagian Hidup Manusia

Alam merupakan bagian dari hidup. Oleh karena itu, manusia tidak dapat dipisahkan dengan alam. 

Kita sadari bersama bahwa Tuhan menciptakan bumi dan isinya (alam) ini dari hari pertama sampai hari kelima pada akhirnya diperuntukkan bagi kehidupan manusia. 

Sebab setelah bumi tertata dan tercipta dengan baik, pada hari keenam Allah menempatkan manusia di dalam bumi, alam ciptaan-Nya. 

Manusia dapat hidup karena Allah telah mempersiapkan alam dengan baik sebagai tempat hidup bagi manusia.


Manusia dan alam hidup secara berdampingan secara harmonis dan saling membutuhkan. Manusia membutuhkan alam dan alam juga membutuhkan manusia untuk pelestarian hidupnya. 


Seperti kita membutuhkan flora dan fauna untuk hidup. Berton-ton makanan telah kita santap yang semuanya mengambil bahan pokok dari tumbuhan dan hewan.
Bagi manusia, tumbuhan dan hewan dibutuhkan bukan hanya untuk bahan makanan, melainkan juga untuk hal-hal lainnya. 

Misalnya, tumbuhan membantu kita untuk bernapas, untuk membuat tempat tinggal, hasil karya seni, dan sebagainya. Sedangkan hewan yang kita pelihara dapat menjadi partner kerja mengolah tanah, bahkan dapat menjadi sumber protein hewani bagi kita. 


Perlakuan kita terhadap kelestarian lingkungan menentukan kesejahteraan hidup kita.


Namun demikian, pada kenyataannya saat ini banyak perilaku manusia yang justru dapat menimbulkan kerusakan alam lingkungan. 

Karena keegoisan dan keserakahan manusia, maka manusia berperilaku yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alam dan bahkan kehancuran alam lingkungan.

Dosa keserakahan Adam dan Hawa merupakan gambaran awal munculnya bencana atas alam semesta ini.


Berbagai contoh tindakan manusia yang dapat merusak keutuhan alam ciptaan atau lingkungan hidup, antara lain:
  1. Penebangan hutan untuk industri perkayuan, penebangan pohon-pohon untuk perluasan lahan industri atau pemukiman secara tidak bertanggung jawab. Hal ini menyebabkan hutan menjadi gundul dan bukit menjadi tandus. Pada akhirnya menyebabkan bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan saat kemarau.
  2. Ketidakpedulian terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan tindakan membuang sampah di sembarang tempat, yang menyebabkan bau busuk dimana-mana serta menyebabkan saluran air (got) dan sungai menjadi tersumbat, yang pada akhirnya menyebabkan bencana banjir.
  3. Tindakan pencemaran lingkungan sungai dengan membuang limbah berbahaya ke dalam sungai. Hal ini dapat menyebabkan tercemarnya air sungai sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi, bahkan bisa membahayakan kesehatan kita.
  4. Pemakaian obat-obatan untuk membasmi hama tanaman, dan asap pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang sedikit demi sedikit dapat meracuni kita dan seluruh alam lingkungan kita.


Dalam Kitab Kejadian 1: 1- 31 dikisahkan bagaimana Allah menciptakan alam ini dengan begitu indah adanya. 

Dalam Kitab Kejadian 3:17-19 dikisahkan bahwa sejak meninggalkan Taman Firdaus dengan segala kebutuhan hidupnya yang serba ada, manusia Adam dan Hawa terpaksa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.



Sabtu, 29 Oktober 2022

Makna dan Manfaat Beriman

Makna Beriman
  1. Beriman tidak hanya sekedar tahu atau percaya, melainkan berani melakukan apa yang diketahuinya dan dipercayainya.
  2. Beriman kepada Allah berarti menyerahkan diri secara total kepada kehendak Allah
  3. Penyerahan diri secara total muncul berdasarkan keyakinan bahwa Allah pasti memberikan dan melakukan yang terbaik bagi manusia. Yang dikehendaki Allah semata-mata adalah kebahagiaan dan keselamatan manusia.
  4. Sikap penyerahan diri secara total tersebut memungkinkan manusia tidak tawar menawar apalagi memaksakan kehendaknya, tidak ragu-ragu
Manfaat beriman bagi manusia antara lain: tidak was-was atau khawatir akan hidup yang sedang dijalani, dekat dengan Allah sehingga merasa bahagia, damai, aman, tenang, dan optimis dalam menata hidup. Dengan beriman, kita juga memiliki kekuatan dan keberanian dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya. Berikut ini adalah tokoh beriman yang ada dalam alkitab:
  1. Abraham : Ia berani meninggalkan tanah airnya dan bersama seluruh keluarganya berjalan menuju tanah terjadi, tanah Kanaan.
  2. Daud : Walaupun dipandang kecil, namun ia memiliki iman yang kuat sehingga dapat mengalahkan Gliat yang jauh lebih besar dan kuat.
  3. Bunda Maria : Walaupun ia menanggung banyak resiko, ia pasrah dengan sepenuhnya hati kepada kehendak dan rencana Allah.
  4. Yesus Kristus : Ia tetap setia pada kehendak Allah walaupun harus menanggung resiko sengsara dan kematia di kayu salib.

Aspek dalam beriman:
1. Iman adalah rahmat
2. Iman adalah anugerah
3. Iman itu personal
4. Beriman itu proses
5. Iman berkembang dalam kebersamaan dengan orang lain.


Iman yang mendalam harus tampak dalam perbuatan. Hidup beriman mendalam oleh Rasul Yakobus disebut sebagai hidup beriman dalam kesatuan antara ibadah dan perbuatan (Yak. 1:26). Menurut Rasul Yakobus, hubungan dengan Allah harus menjadi nyata dalam hubungan dengan sesama (Yak 1:19-21). Hal itu juga telah ditegaskan oleh Yesus, “Bukan setiap orang berseru : Tuhan, Tuhan! Akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.” (Mat 7:21).

Beriman Kristiani

Makna beriman menurut Gaudium et Spes art 14

Lumen Gentium art. 14
Maka terutama kepada umat beriman katoliklah Konsili suci mengarahkan perhatiannya. Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan babtis [lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5]. 
Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui babtis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.

Dimasukkan sepenuhnya kedalam sertifikat Gereja mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan didalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabunggkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalm cinta-kasih; jadi yang ?dengan badan? memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak ?dengan hatinya?. Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras.

Para calon babtis, yang karena dorongan Roh Kudus dengan jelas meminta supaya dimasukkan kedalam Gereja, karena kemauan itu sendiri sudah tergabung padanya. Bunda Gereja sudah memeluk mereka sebagai putera-puteranya dengan cinta kasih dan perhatiannya.

Matius 7: 21-24
Mat 7:21
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Mat 7:22
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Mat 7:23
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Mat 7:24
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.


Manusia menanggapi karya penyelamatan Allah tersebut dengan beragama dan beriman. Pada pelajaran ini kita akan membahas hal yang lebih khusus tentang Beriman Kristiani.

Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah

Umat Kristiani menghayati karya penyelamatan Allah yang paling nyata tampak dalam diri Yesus Kristus. Setelah berulang kali dan dengan pelbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para nabi, “akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera” [Ibrani 1:1-2]. 
Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam [lihat Yohanes 1:1-18]. 
Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai manusia kepada manusia, “menyampaikan sabda Allah” [lih. Yoh 3:34], dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan Bapa kepada-Nya [lihat Yohanes 5:36, 17:4]. Oleh karena itu barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga [lihat Yohanes 14: 9]. 

Dengan segenap kehadiran dan penampilan-Nya, dengan sabda maupun karya-Nya, dengan tanda-tanda dan mukjizat-Nya, terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya penuh kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran, menyelesaikan wahyu dengan memenuhinya dan meneguhkan dengan kesaksian Ilahi, bahwa Allah menyertai kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa dan maut, serta membangkitkan kita menuju hidup kekal. Bagi umat Kristiani Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah. Dalam surat Paulus kepada orang Ibrani [Ibr 1:2] dikatakan, “Pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan Dia yang adalah Anak-Nya”. 

Dalam dan melalui Yesus, Allah memperkenalkan diri secara paling sempurna. Dalam diri Yesus Allah yang tidak kelihatan menjadi nyata. Ia tidak hanya mengajarkan Allah yang mengasihi, melainkan Ia sendiri mengasihi. Yesus tidak hanya mengajarkan Allah yang Pengampun, Dia sendiri mengampuni. Wahyu Allah dalam diri Allah tidak hanya merupakan ajaran atau janji, tetapi Allah sendiri yang langsung bertindak menyelamatkan umat manusia dapat dilihat dan dirasakan. Janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia terlaksana secara penuh dan nyata dalam diri Yesus Kristus. Ia adalah “Imanuel, yang berarti: Allah beserta kita” [Matius1:23].


Kekhasan Iman Kristiani dan Meneruskan Wahyu Ilahi

Tetapi sebagai “pengantara antara Allah dan manusia” [1 Tim 2:4], yang walaupun telah wafat namun tetap hidup dan berkarya di dunia ini melalui Roh-Nya. Untuk seorang Kristen, iman akan Allah berhubungan erat dengan iman akan Dia, yang diutus-Nya, “Putera-Nya terkasih”, yang berkenan kepada-Nya [Markus 1:11] dan Dia yang harus kita dengarkan. Tuhan sendiri berkata kepada murid-murid-Nya: “Percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku juga” [Yohanes 14:1]. 

Kita dapat percaya kepada Yesus Kristus karena Ia sendiri Allah, Sabda yang menjadi manusia: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” [Yohanes 1:18]. Karena Ia sudah “melihat Bapa” [Yohanes 6:46], Ia adalah satu-satunya yang mengenal Bapa dan dapat mewahyukan- Nya [Katekismus Gereja Katolik art.151]. Menjadi tugas Gereja untuk meneruskan karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Karena dalam kebaikan-Nya, Allah telah menetapkan bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunan. 

Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Maha Tinggi [lih. 2 Korintus 1:30; 3:16-4:6], memerintahkan kepada para Rasul supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para Nabi dan dipenuhi serta dimaklumkan oleh-Nya, disampaikan kepada semua orang sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan. Perintah ini dilaksanakan dengan setia oleh para Rasul dan penggantinya yaitu para uskup sehingga Injil dapat terpelihara secara utuh dan hidup dalam Gereja. Tradisi Suci dan Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Baru bagaikan cermin Gereja yang mengembara di dunia ini, untuk memandang Allah yang menganugerahinya segala sesuatu, hingga tiba saatnya Gereja dihantar untuk menghadap Allah tatap muka, sebagaimana ada-Nya [lihat 1 Yohanes 3:2]. 

Umat Katolik menghayati dan mewujudkan imannya kepada Allah melalui kiprah Gereja sendiri di dunia ini. Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium memberi arahan tentang beberapa hal penting yang perlu diperhatikan Umat Katolik dalam menghayati pokok iman tersebut. Terutama kepada umat beriman Katolik Konsili suci mengarahkan perhatiannya.

Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi konsili mengajarkan , bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan Jalan Keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menengaskan perlunya iman dan baptis [lihat Markus 16:16; Yohanes 3:5]. Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-rang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. Dimasukkan sepenuhnya ke dalam serikat Gereja, mereka yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata susunan Gereja, serta semua upaya keselamatan yang diadakan di dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan Para Uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak dengan “hatinya”. Pun hendaklah semua putra Gereja menyadari bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan malahan akan diadili lebih keras [LG art. 14].

Secara singkat iman Kristiani dirumuskan dalam syahadat/Credo atau Pengakuan Iman. Dalam Credo terungkaplah iman Gereja akan Tritunggal Maha Kudus. Kunci pemahaman akan Tritunggal terletak pada iman bahwa Allah sejak semula berkeinginan menyelamatkan manusia, dan tindakan penyelamatan itu paling nyata dalam diri Yesus Kristus. Namun tidak berhenti disitu, sebab setelah Yesus Kristus wafat dan bangkit serta naik ke surga, Allah tetap bekerja menyelamatkan manusia berkat Roh Kudus yang dicurahkan pada setiap orang. Orang beriman Kristiani sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh iman Kristianinya, dan bukan sekedar oleh alasan keagamaan yang cenderung lahiriah. Seorang yang beriman Kristiani adalah seorang yang religius, yaitu orang yang selalu menyadari bahwa seluruh peristiwa hidupnya merupakan karya Kristus yang menyelamatkan. Hidup beriman Kristiani meliputi beberapa aspek, yaitu pengalaman religius yang merupakan pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada kristus. Aspek kedua adalah penyerahan iman yang merupakan jawaban atas wahyu Allah yang telah berkarya. Penyerahan iman ini merupakan wujud tindakan yang sesuai ajaran-Nya dalam Mat 7: 21 “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk dalm Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.” Aspek pengetahuan iman menuntut seorang umat Kristiani untuk terus menerus dan semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya.

Mewujudkan Iman Kristiani dalam Hidup Sehari-hari

Allah yang berkehendak menyelamatkan manusia secara terusmenerus dengan berbagai macam cara dan kesempatan, menuntut ketaatan iman dari pihak manusia. Dalam hal ketaatan iman, kita dapat meneladani iman yang ditunjukkan para nabi, santo-santa dan tokoh-tokoh suci, misalnya: a. Dalam Perjanjian Lama, kita mengenal Abraham; “Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” [Ibrani 11:8]. 

Karena beriman, Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan Allah kepadanya. Karena beriman, Sara mengandung seorang putera yang dijanjikan. Karena beriman, maka Abraham mempersembahkan puteranya yang tunggal sebagai kurban. 

Dalam Perjanjian Baru kita mengenal Maria. 

Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah “tidak ada yang mustahil” [Lukas 1:37], ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu” [Lukas 1:38]. Perawan harus mengandung padahal dia belum bersuami. Maria berani menghadapi semua itu karena imannya kepada Allah dan yakin akan penyertaan Allah dalam hidupnya. 

Meskipun iman lebih bersifat personal [merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan], namun dalam usaha pengembangan iman perlu adanya kebersamaan dalam jemaat agar iman kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam perjumpaan dengan saudara-saudara seiman. 

Dalam upaya pengembangan iman, tentunya tidaklah mudah karena kita juga akan menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan. Tantangan dari dalam misalnya rasa malas, egois dan kebiasaan buruk lainnya. Tantangan dari luar seperti pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh media informasi, lingkungan yang kurang mendukung dan sebagainya. 

Untuk menghadapi berbagai macam tantangan tersebut,tidak ada jalan lain kita harus memperkokoh iman kita disertai dengan sikap penyerahan diri kepada karya Allah yang menyelamatkan.

Rabu, 26 Oktober 2022

Proyek Profil Pelajar Pancasila 2

Dalam proses pembelajaran proyek profil pelajar Pancasila yang kedua saya terlibat dalam kegiatan ini

Hal-hal yang menarik yang saya temui dan saya alami serta Saya rasakan adalah ......

Selain itu saya juga mengalami berbagai proses dengan berbagai hal menarik namun juga ada hal-hal yang kurang begitu mengesankan atau mengecewakan dan membosankan diantaranya.....

Tentu saja dengan berbagai proses pembelajaran yang dialami melalui proyek ini ada hal-hal yang bisa diperoleh dan dikembangkan serta Hikmah nilai yang aku temukan yaitu....

Sebagai seorang pribadi dengan keunikan dan kelebihan yang saya miliki Saya telah memberikan atau menyumbangkan sesuatu untuk kelompok yaitu....

Dalam proses kebersamaan yang saya alami dalam kelompok saya telah menghasilkan......

Saru kata or kalimat dari proses P5 yg ke2 ini adalah ....