Pawitikra CATHOLIC Students

WELCOME & GOD BLESS YOU ALWAYS

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Senin, 14 Februari 2022

Bangun Persaudaraan Sejati

 Indonesia yang memiliki keragaman sangat rawan akan konflik yang berujung pada pertikaian dan perang.

1.    Beberapa Fakta Pertikaian di Masyarakat
Ada banyak pertikaian bahkan perang yang pernah terjadi di negeri ini pasca berakhirnya rezim Orde Baru.
(a) Fakta-fakta Pertikaian dan Perang
*    Awal tahun 2010 terjadi pertikaian yang bernuansa balas dendam antara dua kampung di Timika, Papua
*  Tahun 2009 terjadi pertikaian bernuansa politik antara oknum polisi dan kejaksaan melawan petinggi KPU
*   Pertengahan tahun 2010 ada pertikaian di Tanjung Priok antara warga dengan Satpol PP dan Polisi
*  Tahun 1999 ada dua pertikaian di Pontianak (antara suku Dayak dan Melayu melawan orang Madura) dan di Ambon (antara orang Kristen dan orang islam)
(b) Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
*   Fanatisme sempit. Sikap fanatik adalah baik dan bagus. Menjadi buruk ketika sikap itu tidak disertai dengan keterbukaan terhadap sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan menganggap keyakinan orang lain salah atau lebih rendah.
*     Sikap Arogan. Merasa kelompoknya (suku atau agama) lebih dari segala-galanya
*  Keserakahan. Sikap serakah sering berbenturan dengan kepentingan orang lain sehingga menimbulkan konflik.
*  Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak. Terkadang perang terpaksa dilakukan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.
(c) Akibat Pertikaian dan Perang
*   Kehancuran fisik dan jasmani. Dalam perang pasti ada yang mati, dan banyak sarana dan prasarana hancur.
*    Kehancuran rohani. Perang menyisakan trauma, martabat dan peradaban manusia.
2.    Pengertian Persaudaraan Sejati
Persaudaraan sejati tampak dalam relasi manusia yang didasarkan pada sikap menjunjung tinggi keluhuran martabat manusia. Kata “saudara” tidak hanya dibatasi pada ikatan genealogis saja atau kesamaan suku atau agama saja. Saudara di sini ditujukan karena kemanusiaannya. Kitab Suci memberi contoh pada sosok orang Samaria yang murah hati (Luk 10: 25 – 37).
Dari kisah orang Samaria ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa saudara sejati adalah orang yang menunjukkan belas kasih kepada sesama. Persaudaraan sejati berarti sikap dan/atau tindakan seseorang kepada sesamanya dengan dilandasi cinta kasih.
Injil Matius juga memberikan gambaran tentang siapa itu saudara. Dalam Matius 25: 35 – 46 terlihat ada wajah Kristus dalam diri sesama kita. Ini berarti jika seseorang tidak menganggap orang lain sebagai saudara, ia juga tidak menganggap Yesus sebagai saudaranya.
St. Fransiskus Asisi lebih ekstrim dalam menghayati arti persaudaraan ini. Ia tidak hanya melihat sesama manusia saja, tetapi juga semua makhluk Tuhan. Sikap ini mau mengajari kita untuk menghargai alam ciptaan.
3.    Teladan Yesus dalam Membangun Persaudaraan Sejati
Yesus datang ke dunia hendak membawa damai. Namun damai itu bukan semacam ketenangan murahan, damai politis atau tak ada perang pertikaian atau kekacauan. Damai yang diajarkan Yesus membersihkan dunia dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai berarti suatu rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama dan dunia.
Yesus memperingatkan bahwa damai-Nya tidak meniadakan derita. Damai harus diuji dengan derita. Sekalipun dunia penuh dengan derita, bahkan melanda diri-Nya, Yesus penuh dengan damai. Dengan konsep ini, maka kejahatan dibalas dengan kebaikan.
Perdamaian dan persaudaraan bukan hanya diajarkan lewat kata-kata saja, tetapi juga dengan keteladanan hidup. Salah satu teladan Yesus tampak dalam perjumpaan-Nya dengan wanita Samaria (Yoh. 4: 1 – 42). Dari teks ini dapat dikatakan bahwa sekalipun orang lain telah dianggap musuh, namun bila didekati dengan kasih dan persaudaraan sejati, orang lain juga akan menerima dengan penuh persaudaraan dan kasih.
Melalui kisah tersebut kita disadarkan akan nasehat Yesus, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai pun berbuat demikian?” (Mat 5: 46). Yesus mengajarkan suatu ajaran yang revolusioner.
4.    Hambatan dalam Membangun Persaudaraan Sejati
Di Indonesia konflik bernuansa suku dan agama sering terjadi. Umumnya konflik ini berawal dari masalah sepele dan skala kecil. Namun menjadi besar karena ada aktor intelektual yang memang sengaja menciptakannya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membangun dialog, kerja sama dan toleransi. Dalam kehidupan beragama, toleransi masih sebatas tuntutan agar minoritas tidak menggangu atau menghormati mayoritas.
Ada beberapa hambatan untuk membangun persaudaraan sejati:
(a) Adanya fanatisme sempit dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh yang satu lebih unggul daripada tokoh lain.
(b) Terjadinya proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama, sehingga umat tidak memperoleh informasi yang benar.
(c) Kekayaan digunakan untuk provokasi agama yang disertai kekerasan
(d) Persepsi yang berbeda-beda tentang ajaran agama
(e) Ketertutupan dan eksklusivisme pemeluk agama
(f)   Solidaritas yang eksklusif
(g) Adanya persaingan yang tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup
(h) Matinya dialog dan komunikasi
(i)   Adanya kesenjangan sosial
(j)   Suburnya materialisme, konsumtivisme bahkan darwinisme
(k) Beriman pada Tuhan yang sama, tapi perbedaan tradisi dan ajaran dibesar-besarkan
(l)   Adanya persaingan dalam pembangunan rumah ibadah
(m)  Adanya rasa alergi untuk membaca dan mempelajari kitab suci agama lain
Selain hambatan di atas, hambatan lain adalah kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Hambatan ini bersumber pada kemerosotan moral. Hal ini membuat tugas mewujudkan persaudaraan sejati menjadi berat, karena yang perlu diperbaiki adalah moralitas bangsa, terutama para pemimpinnya. Bagi rakyat Indonesia, pemimpin adalah panutan. Menjadi persoalan adalah mental pemimpin, seperti yang digambarkan Yesus dalam Matius 20: 25. Seharusnya kepemimpinan dihayati sebagai pelayanan (Mat 20: 26 – 28).
5.    Kegiatan Membangun Persaudaraan Sejati Antarumat Beragama
Beberapa acara untuk meningkatkan pembangunan persaudaraan sejati:
a) Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Damai berarti situasi selamat sejahtera dalam diri manusia. Perdamaian mengandaikan ada keadilan. Perdamaian akan tercipta bila nafsu-nafsu sombong dan serakah dikendalikan. Tekad yang kuat untuk menghormati martabat manusia merupakan syarat terciptanya perdamaian. Selain itu sikap persaudaraan mutlak dibutuhkan. Akar semuanya adalah cinta kasih. Maka, jika ada cinta kasih, maka perdamaian akan tumbuh subur.
Manusia memiliki empat dasar relasi, yaitu relasi dengan Tuhan, dengan sesama, dengan alam dan dengan diri sendiri. Keseimbangan di antara keempat relasi itu menentukan situasi hidup manusia.
b) Kegiatan yang Membangun Persaudaraan Sejati
Agama seharusnya mempersatukan umat dalam satu keluarga dan persaudaraan sejati, yaitu keluarga Allah. Namun, sering terjadi agama justru menyebabkan terjadinya perpecahan dan pertikaian. Karena agama orang saling membenci, bermusuhan dan berjarak satu dengan lain. Karena itu, tidak heran jika ada orang berkata, “Percuma pergi ke gereja, jika hidup saling membenci…”
Beberapa kegiatan mungkin dapat merintis terwujudnya persaudaraan sejati:
*   Silaturahmi ke rumah teman dari agama lain saat hari raya
*   Kirim SMS ucap selamat hari raya. Bisa juga via facebook atau email.
*  Bakti sosial, penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana
*  Mengadakan dialog dan kerja sama antarumat beragama
*  Menghormati orang lain yang sedang menjalani ibadah
6.    Rencana dan Pelaksanaan kegiatan Membangun Persaudaraan Sejati
Untuk membangun persaudaraan sejati tidaklah cukup hanya sampai pada niat, pemikiran atau diskusi saja, tetapi harus sampai pada tindakan nyata. Di Indonesia sudah ada begitu banyak forum kebersamaan, seperti FKUB, BKSG, dll. Namun semuanya seakan tak bergaung, karena persaudaraan yang terbangun masih semu.
Modal dasar membangun persaudaraan sejati adalah kemauan untuk menghormati dan menghargai kemajemukan, serta menghormati hukum. Jika ada kesalahan pada pihak lain, biarkankah hukum yang menyelesaikannya, bukan dengan cara main hakim sendiri. Tindakan main hakim sendiri justru akan menciptakan kekerasan, yang berujung pada konflik.
Umat Kristen sudah seharusnya menjadi pelopor dalam membangun persaudaraan sejati ini, karena ajaran Kristus menjadi dasar terbentuknya persaudaraan sejati. Dengan melaksanakan ajaran Yesus, umat Kristen telah membangun persaudaraan sejati. Ajaran-ajaran itu seperti:
(a) Cinta kasih (Mat 22: 37 – 39; Yoh 13: 34; Mat 5: 43 – 44, dll)
(b) Bersikap terbuka (Mrk 3: 31 – 35; Mat 15: 21 – 28; Luk 9: 49 – 50, dll)
(c) Memaafkan (Luk 17: 3 – 4; Mrk 11: 25; Luk 6: 37; Luk 23: 34, dll)
(d) Menghormati orang (Mat 25: 35 – 46; Luk 10: 25 – 37; Yoh 4: 1 – 42, dll)
(e) Damai (Mat 5: 9; Mrk 9: 50; dll)
(f)   Anti kekerasan (Rm 12: 17, 21; Mat 5: 39, 44; Luk 6: 28; dll)
(g) Mengalah (Mat 12: 14 – 15; Mat 4: 12; Luk 8: 37, dll)
Ajaran Yesus memang sangat indah. Jika dilaksanakan maka terwujudlah persaudaraan sejati yang diharapkan. Semuanya berpulang pada kita. Paus Benediktus XVI memberi teladan ketika ia membuat kunjungan bersejarah ke Turki untuk menjangkau orang-orang islam dan Kristen Ortodoks di sana. Di sini Paus meneruskan tradisi yang sudah dirintis oleh pendahulunya, yaitu Paus Yohanes Paulus II.

Minggu, 13 Februari 2022

HARI VALENTINE

 

Mari kita saling memberikan ungkapan, pernyataan, ucapan kasih kepada sesama kita.

Berikan kalimat positifmu melalui kolom komentar dibawah ini!

Sebuah Catatan untuk Agama Kat ku

 <script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-8857740915227808"

     crossorigin="anonymous"></script>

<ins class="adsbygoogle"

     style="display:block; text-align:center;"

     data-ad-layout="in-article"

     data-ad-format="fluid"

     data-ad-client="ca-pub-8857740915227808"

     data-ad-slot="6454682428"></ins>

<script>

     (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

</script>

Model masukan dan kodenya



SMPNAMLASTAKU

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-8857740915227808"

     crossorigin="anonymous"></script>

MARIA TELADAN HIDUP BERIMAN

Beberapa Keteladanan Maria diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Kesetiaan Bunda Maria dalam tugas perutusannya
  • Ketenangannya dalam menghadapi masalah yang mencerminkan sikap batinnya
  • Sikap iman yang total atas rencana Allah pada dirinya
  • Tabah dalam menghadapi masalah yang ada
  • Bunda Maria selalu konsisten dengan apa yang diucapkannya.
  • Beriman, renah hati dan tidak mudah tersinggung
  • Saat Yesus semasa kecil hilang, Bunda Maria tidak menyalahkan orang lain tapi mencari akar permasalah dan menyelesailan bersama-sama.
  • Saat menemukan Yesus, Bunda Maria tidak marah namun menegur dengan kasih.
  • Menyimpan firman dalam hatinya dan merenungkannya.
  • Taat kepada firman dan tunduk serta setia kepada suami.


Ketaatan iman yang sempurna yang ditunjukkan oleh Sang Perawan Maria harus menjadi pedoman bagi kita dalam beriman. Dalam hidup sehari-hari kita harus memandang setiap peristiwa hidup sebagai bagian dari rencana dan karya Allah yang senantiasa berkendak menyelamatkan semua orang, disertai dengan sikap penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah.

Selama seluruh kehidupannya, juga dalam percobaannya yang terakhir yaitu ketika Yesus Puteranya wafat di kayu salib, iman Bunda Maria tidak goyah. Ia tidak melepaskan imannya bahwa Sabda Allah: “akan terpenuhi”. Karena itu Gereja menghormati Maria sebagai tokoh iman yang paling murni (Katekismus Gereja Katolik 148-149).

 

Senin Biasa Pekan VI

Bacaan i
Yak 1:1Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.

Yak 1:2Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,

Yak 1:3sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

Yak 1:4Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Yak 1:5Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, ?yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit?,maka hal itu akan diberikan kepadanya.

Yak 1:6Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.

Yak 1:7Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.

Yak 1:8Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.

Yak 1:9Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi,

Yak 1:10dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.

Yak 1:11Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.

MAZMUR
Mzm 119:67Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.


Mzm 119:68Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.


Mzm 119:71Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.


Mzm 119:72Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak.


Mzm 119:75Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan.


Mzm 119:76Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.


BACAAN INJIL
Mrk 8:11Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga.

Mrk 8:12Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda."

Mrk 8:13Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.


Pertanyaan Refleksi
a. Adakah pesan yang kutangkap dari ketiga bacaan diatas? apakah itu?

b. Pernahkah aku mengalami diberi "tanda" oleh Tuhan, dan aku melakukan seperti yang diminta supaya hal itu terjadi?


 

Minggu Biasa Pekan VI


BACAAN I
Yer 17:5Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!

Yer 17:6Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.

Yer 17:7Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!

Yer 17:8Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.



BACAAN II
1Kor 15:12Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?


1Kor 15:16Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.

1Kor 15:17Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.

1Kor 15:18Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.

1Kor 15:19Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

1Kor 15:20Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

BACAAN INJIL 

Luk 6:17Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.


Luk 6:20Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.

Luk 6:21Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.

Luk 6:22Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.

Luk 6:23Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Luk 6:24Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.

Luk 6:25Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.

Luk 6:26Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."


Pertanyaan Refleksi!
a. APAKAH ARTI BAHAGIA BAGI KAMU?
b. KAPAN KAMU MERASAKAN BAHAGIA?
c. Silakan share dan ceritakan pengalaman bahagia itu di kolom komentar dibawah ini!

Jumat, 11 Februari 2022

MENGENALI TUHAN LEWAT KITAB SUCI

Mazmur 19:2-3,4-5

Refren: Di seluruh bumi bergemalah suara mereka.

Mazmur:
  • Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya; hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain, dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya kepada malam berikut.
  • Meskipun tidak berbicara dan tidak memperdengarkan suara, namun seluruh bumi bergaunglah gemanya, dan amanat mereka sampai ke ujung bumi

Kuasa, kemuliaan, dan hikmat Allah nyata di dalam alam semesta. Langit menjadi tempat bagi Allah untuk menempatkan matahari, bulan, dan bintang. Ketiganya berfungsi sebagai penerang bagi dunia, serta untuk membedakan siang dari malam (Kej 1:14-19). Meski tidak ada suara atau kata-kata, berita tentang kemuliaan Allah terpancar ke seluruh jagat raya melalui keindahan semesta (ayat 2-5a). Memang tak perlu ada cerita maupun berita, karena panasnya sinar matahari yang menjamah seluruh ujung bumi menjadi bukti tak terbantahkan mengenai keberadaan Allah (ayat 5b-7).

Namun pengetahuan tentang Allah melalui alam tidak sejelas pengenalan yang dinyatakan di dalam Taurat-Nya. Melalui ciptaan kita tahu ada Allah yang mencipta alam. Akan tetapi, pengetahuan tersebut tidak cukup membawa kita mengenal Tuhan secara pribadi. Perhatikan, pemazmur memakai nama “Allah” (ayat 2) ketika berbicara mengenai ciptaan dan memakai nama Tuhan (ayat 8-10) ketika berbicara tentang Taurat. Kata Tuhan (ditulis dengan huruf kapital) berasal dari kata Yahweh. Jika Allah (berasal dari kataElohim) lebih menggambarkan Dia sebagai Pencipta langit dan bumi, maka Yahweh (yang merupakan nama pribadi Allah) lebih menggambarkan Tuhan, Allah perjanjian yang memberikan Taurat.

Pemazmur memaparkan tujuh (menunjukkan angka sempurna) karakter Taurat yaitu sempurna, teguh, tepat, murni, suci, benar, dan adil. Umat Allah yang merenungkan Taurat akan mendapatkan banyak faedah: disegarkan, diberi hikmat dan bersuka cita (ayat 8-9). Sebab itu pemazmur menganggap Taurat lebih indah daripada emas dan lebih manis daripada madu (ayat 11). Bukan itu saja, umat Allah yang berpegang pada Taurat akan terhindar dari banyak hal negatif termasuk kesesatan, pelanggaran, dan tipuan orang jahat.

Taurat dapat diartikan sebagai ajaran yang Tuhan berikan di dalam Kitab Suci. Marilah kita memperlakukan Alkitab sebagai anugerah berharga karena Tuhan memberikannya supaya kita dapat mengenal Dia secara pribadi.